"Dengan pak Tri Wahyudi Saleh, saya kenal baik. Beliau ada guru saya, saat pernah menjadi staff beliau. Dulu pak Tri menjadi Dir OPP dan daat ini beliau mendapat amanah sebagai Dirut Pusri" ujarnya.
Selain itu, dirinya juga menimba pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung dengan pimpinan di perum bulog seperti pak Bagja, pak Yanto, pak Iqbal dan Ibu Feby.
Di Jabar, ungkapnya, ada sosok pak Faisal yang saat ini menjabat sebagai Pinwil Perum Bulog Jabar.
"Saya mengenal baik beliau sejak tahun 2011 lalu, hingga saat ini komunikasi dan silaturahmi dengan beliau masih terjaga dengan baik meski saat ini saya sudah pensiun" ujarnya.
Semua itu, ungkap Hadi, bisa terwujud karena etos kerja dan senantiasa menjaga silaturahmi dan nama baik perusahaan baik ekternal maupun internal.
"Alhamdulilah, meski sekarang hidup dengan pensiun yang kecil tapi tetap disyukuri. Karena masih bisa bersilaturahmi karena dengan jalan silaturami selalu ada rezeki yang tak di duga datangnya" ujar hadi.
Harapan Untuk Bulog Kedepan
Setiap 10 Mei, diperingati sebagai hari lahirnya Perum Bulog. Tentunya banyak harapan dan perubahan dari lembaga pemerintah yang mengurusi tata niaga beras ini.
Mengusung tema "collaboration to be the market" menjadi ciri perubahan dari perum Bulog yang kini berusia 55 tahun untuk menyongsong tantangan yang ada.
Sejumlah harapan pun diungkapkan oleh Hadi yang telah mengabdi selama 35 tahun.
Menurutnya, Bulog saat ini tidak bisa bersantai seperti dulu, karena sekarang harus berbisnis dan bersaing guna memasarkan produknya kepada masyarakat.
"Sekarang bulog tak lagi ditugaskan untuk mendistribusikan rastra (raskin) ataupun BPNT. Jadi, sekarang Bulog harus jualan sendiri ke masyarakat. Tapi saya yakin selama ada niat dan kemauan InsyaAllah Bulog akan mampu" ujarnya.