Selepas mengabdi selama tiga puluh lima tahun di Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog), Â Abdul Hadi atau biasa disapa Hadi kini mulai menikmati masa pensiunnya dengan penuh rasa syukur.
Pria kelahiran Sampang, Madura pada 1964 tersebut termasuk salah satu pegawai yang loyal dan penuh dedikasi dalam menjalankan setiap tugasnya. Hal itu dibuktikan dengan diraihnya penghargaan sebagai pegawai teladan tingkat Jawa Barat.
Bagi Abdul Hadi, HUT Bulog yang diperingati setiap tanggal 10 Mei memiliki arti tersendiri karena disanalah ia mulai meniti karir sebagai seorang pegawai dan merangkak dari bawah hingga berhasil menduduki posisi sebagai kasi Kesekretariatan Umum Dan Humas di Perum Bulog Jabar.
Meski sudah memasuki purna tugas, namun Hadi masih bersemangat menceritakan peran penting bulog dalam melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang manajemen logistik, pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi beras, serta pengendalian harga beras.
"Bulog berdiri pada 10 Mei 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967. Dan Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi BUMN" ujar Hadi sambil menunjukan sejumlah foto dan arsip semasa ia berdinas.
Menurutnya menjadi pegawai pada  lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras ini adalah sebuah bentuk patriotik bela negara untuk kepentingan masyarakat banyak.
Hadi mengaku belajar banyak dari perjalanan sebagai "keluarga besar Bulog Jabar" dan menimba ilmu saat pertama kali menjadi tenaga honorer lalu diangkat menjadi pegawai tetap hingga diberikan amanah sebagai Kasi Umum dan Humas meski sebelumnya jabatan tersebut enggan untuk disandangnya hingga memasuki masa pensiun.
Terbiasa Bekerja Keras
Hadi mengaku sudah terbiasa bekerja keras bahkan hidup prihatin saat berada di Sampang Madura. Hidupnya jauh dari berkecukupan, bahkan untuk makan pun kadang satu kali dalam sehari sudah tak asing lagi.
"Mungkin karena itulah, badan saya kecil tapi orang banyak termasuk pimpinan di bulog mengenal saya punya keberanian yang besar" ujarnya.
Menurutnya hal  paling menyedihkan saat masa kecil bukan hidup prihatin, namun tidak sempat mengenal wajah ibunya, karena sejak usia 2 tahun sudah ibunya telah meninggal dunia.