Sekarang, saya sangat menikmati pemandangan alam di sisi selatan dengan kecepatan 60 km/jam tanpa adanya pijat refleksi di pantat karena jalanan rusak. Sesekali saya berhenti untuk sekedar merokok dan menikmati pemandangan di sisi selatan.
Hingga menuju Ambal dan Petahanan, perjalanan terasa begitu cepat. Mobil dan motor juga jarang sekali berlalu lalang sehingga dengan mudahnya saya meng-geber motor saya. Hanya sesekali ada motor warga dan truk pengangkut hasil tani. Hewan-hewan yang berseliweran juga sudah jarang terlihat.
 Akhirnya saya berhenti di Gombong untuk beristirahat dan makan. Saya cek jam dan coba memperkirakan waktu tempuh. Kira-kira 2 setengah jam sampai saya mencapai Gombong. Yah, lebih cepat 30 menit dibandingkan melewati Purworejo-Kebumen menurut perkiraan saya.
Dari perjalanan tersebut, saya merasa si Daendels benar-benar berubah. Jalanan mulus dan lurus ditambah hamparan sawah yang indah membuat saya benar-benar pangling dari jalan tersebut. Sependengaran saya, jalur ini katanya masuk proyek jalur selatan (Pansela) untuk jalur mudik tahun kemarin dan tahun ini. Apalagi masa-masa lebaran, dia mungkin udah memohon maaf lahir batin sehingga berbenah diri.
Fasilitas yang Masih Minim
Pada tanggal 28 Mei 2019, saya kembali dari Cirebon menuju Yogyakarta. Saya juga berangkat pagi sekitar jam 8 dan mencoba jalan provinsi Cirebon-Bumiayu yang sangat ekstrim. Mungkin saya ceritakan lain kali.
Dengan Daendels yang sudah berbenah diri, saya kembali melewatinya lagi. Kali ini, waktu sudah sore menjelang malam pada saat saya melewati jalan tersebut. Di daerah Petahanan, jalan memang masih minim pencahayaan, jadi saya cukup ngebut agar bisa menikmati jalan Daendels yang sebelah timur-nya lagi.
Sialnya, saya menyusuri jalan tersebut dengan bensin yang hanya setengah. Nyaris sejam lebih dari Petahanan, saya tidak menemukan satu pun pom bensin yang ada. Untung, masih ada pom mini buatan warga sebelum masuk perbatasan sungai Dungo, kalau tidak salah namanya. Jadi disarankan bagi yang mau menyusuri jalan Daendels, isi penuh bensin anda terlebih dahulu jika tidak ingin fitness dengan mendorong mobil atau motor anda.
Menjelang malam, angin terasa begitu kencang pada saat menjelang malam. Udaranya pun begitu dingin. Padahal, saya sudah menggunakan jaket dan sweater sekaligus. Terpaan angin yang kencang juga membuat saya bersusah payah menyeimbangkan kemudi motor saya. Penerangannya juga masih kurang menurut saya, walaupun setidaknya better dari dua tahun lalu.
Anda juga jangan mengharapkan adanya tempat peristirahatan yang layak di jalanan tersebut. Tempat makan pun juga jarang saya temukan di daerah tersebut, apalagi Indomaret maupun Alfamart yang biasa jadi tempat nongkrong para pemudik. Jadi, isi pula perut anda sebelum menyusuri jalan Daendels.
Waktu yang bijak untuk menyusuri jalan Daendels memanglah pagi hari. Selain bisa melihat hamparan sawah yang indah, anda bisa juga mampir di tempat wisata sekitar, seperti pantai Glagah maupun pantai Mangrove yang saya lupa namanya apa.Â