"Nah sekarang jualan kami sepi Pak RT, nyari Mbah Wali di gubuk tengah sawah tempat ia bertapa tidak pernah ada. Kalau jualan sepi kapan bisa jadi orang kaya." Keluh kesah Sari kepada Pak RT.
"Sudahlah Bu Sari, Bu Sutik, rejeki itu sudah ditakar oleh Allah, Tuhan Yang Maha Pemberi Rizki. Kalau ingin kaya minta saja pada Allah Yang Maha Kaya dan Pemberi Kekayaan pasti akan diberi. Jangan minta ke orang yang belum jelas identitasnya seperti Mbah Wali." Tutur Pak RT dengan meyakinkan.
"Pak RT ini kaya ustadz saja, ceramah segala. Memang pernah mondok atau kuliah jurusan agama?" Balas Sutik dengan cemberut.
"Beginiloh saya memang tidak pernah mondok apalagi kuliah agama tapi saya sering mengikuti ceramah para kyai, baik hadir di majelis pengajiannya ataupun sekedar nonton di youtube. Ya kita sebagai sesama manusia harus saling mengingatkan apalagi saya sebagai RT punya tugas memimpin warga saya." Jawab Pak RT.
"Hmmm.... iya yang pasti sekarang dimana mbah wali berada?" Tanya Sari
"Saya tidak tahu Bu Sari, gubuk persawahan itu wilayah tanggung jawab kampung sebelah. Nanti tak tanyakan teman-teman perangkat desa." ucap Pak RT
"Duor... Dor... Dor..., awas bahaya bahaya, musuh menyerang, nyawa kita terancam, Raja Kerajaan Sawit akan melindungi rakyat, maju!" Teriak Yadi mengagetkan lalu pergi berlari.
"Oh... dasar bocah jemblung." Ucap Sari kaget.
"Stres." Imbuh Sutik.
      Sore hari setelah kejadian itu pak RT yang sedang santai nyruput kopi di ruang tamunya. Kemudian dikejutkan oleh banyak warga yang berlarian. Pak RT yang sedang duduk langsung berdiri dan ke luar rumah bertanya pada warga yang sedang berbondong-bondong berlarian. Pak RT berpikir bahwa Yadi si orang stres sedang berulah lagi.
"He... Kin Solikin kok pada berlarian, ada apa?" Tanya pak RT pada Solikin.