Mohon tunggu...
DENNY PUSPO PRASTYO
DENNY PUSPO PRASTYO Mohon Tunggu... Guru - Penulis merupakan guru bahasa dan sastra Indonesia

Penulis menyukai hiburan, kalimat sufi, dan berkesenian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penglaris Kampung Sawit

4 Oktober 2023   14:42 Diperbarui: 4 Oktober 2023   14:49 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"hu... hu... kalau nggak ada pak RT udah kami usir kau dari kampung ini Yadi." Sorak para warga sambil berjalan pulang.

Yadi pun tertawa dan berucap, "Hahaha... kemana para penjajah ini tadi. Ternyata mereka takut denganku sang raja kerajaan sawit.. hahaha..., Pak RT mulai sekarang kamu saya lantik menjadi jendral perang hahaha"

"Hmmm... orang stres, udah Pak RT cuekin saja makan pecel dulu." Ajak Sutik yang kembali berjualan.

"Jangan lupa minum jamunya Sari juga Pak RT." Imbuh Sari.

"Iya baiklah saya sarapan dulu setelah itu minum jamu, oh iya sekalian Yadi beri makan nanti saya yang bayar!" Pinta Pak RT

Yadi menyaut, "Saya adalah raja kerajaan sawit dan kalian rakyatku bayarlah pajak kerajaan." Ucap Yadi sambil menyaut nasi pecel di tangan bu sutik yang telah disiapkan untuk Pak RT.

"He... itu buat Pak RT, jangan diambil." Teriak Sutik.

"Sudah tidak apa-apa, buatkan lagi saja." Jawab Pak RT dengan tenang.

            Beberapa saat setelah Pak RT dan Yadi menikmati nasi pecel dan jamu yang disediakan. Pak RT pun mendapat keluhan dari Sari dan Sutik tentang hilangnya warga kampung Sawit yang bernama Mbah Wali. Akhirnya Sari bertanya pada Pak RT

"Pak RT, sebenarnya Mbah Wali itu dimana sekarang sudah sekitar satu minggu dia tidak kelihatan. Padahal jasanya juga besar pada warung saya ini, sebelumnya warung saya sepi pembeli tapi setelah minta jampi-jampi dan do'a ke Mbah Wali, warung saya jadi laris."

Sutik pun menambahi, "Iya benar Pak RT jualan jamu saya awalnya juga sepi setelah diberi jampi-jampi semacam campuran garam dan gula oleh Mbah Wali. Kemudian Saya taburkan di depan lapak jamu, besoknya penjualan jamu langsung meningkat pesat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun