22 tahun kini, Wiji Thukul tak pernah ditemukan. Penyair pelo ini tak juga kembali. Ada sebuah kalimat Sipon, istrinya, dalam film IKK yang ingin saya kutip, “Saya tidak pernah mau kamu pergi. Saya juga tidak mau kamu pulang. Saya hanya ingin kamu ada.”
Ya. Wiji Thukul (masih) ‘ada’, hadir lewat puisi-puisinya. Dan kemarin, kehadiran kembali Thukul dirayakan dan menggembirakan keluarga serta orang-orang yang mencintainya.
Saya tidak tahu apakah mas Mentri Nadiem Makarim telah menonton film ini. Paling tidak, program BdR yang digagas kementeriannya dengan menayangkan kembali film tentang seorang anak muda yang pernah ikut berjuang dan ingin menyaksikan bangsa ini lebih baik, semoga bisa memberi inspirasi kepada generasi kini untuk menjiwai spirit Thukul dan mampu mengucapkan kata-katanya sendiri.
Terima kasih kepada TVRI yang telah menghadirkan Wiji Thukul kembali.
Sumber Bacaan:
Daniel Dhakidae. 2015. Menerjang Badai Kekuasaan. Meneropong Tokoh-tokoh dari Sang Demonstran, Soe Hok Gie, sampai Putra Sang Fajar, Bung Karno. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Arif Zulkifli, dkk. 2016. Seri Buku Tempo. Wiji Thukul, Teka-Teki Orang Hilang. (cetakan ke-4). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Wiji Thukul. 2015. Nyanyian Akar Rumput. Kumpulan Lengkap Puisi. (cetakan ke-2). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H