Mohon tunggu...
Denny_JA Fanpage
Denny_JA Fanpage Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Satu Pena

Kumpulan Catatan Denny JA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Neuroscience : Samudra Spiritual Berakal Di Saraf Manusia

9 November 2024   14:30 Diperbarui: 9 November 2024   15:20 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-000-

Penelitian dari Richard Davidson, pionir neuroscience dari University of Wisconsin-Madison, menunjukkan bahwa meditasi, doa, dan praktik kebaikan meningkatkan aktivitas di korteks prefrontal---bagian otak yang berperan penting dalam pengaturan emosi positif dan pengambilan keputusan.

Davidson membuktikan bahwa kebahagiaan bisa "dilatih" melalui praktik spiritual, serupa dengan latihan fisik yang memperkuat otot-otot kita.

Ini bukan hanya sekadar teori; ia adalah alat praktis untuk mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik.

Lisa Miller, dalam bukunya The Spiritual Child, mengungkap bahwa otak anak-anak secara alami terhubung dengan spiritualitas.

Anak-anak yang diperkenalkan dengan pengalaman spiritual sejak usia dini menunjukkan ketahanan mental yang lebih kuat dan memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup.

Ini menggarisbawahi bahwa spiritualitas, jauh dari sekadar fenomena kebudayaan, adalah kebutuhan biologis yang hadir di setiap manusia, di setiap fase perkembangan hidup.

-000-

Spiritualitas dan Otak: Mencari Makna dalam Kedalaman Neuroscience

Apa yang dimaksud dengan spiritualitas menurut neuroscience? Ia bukan sekadar doktrin atau ritus, melainkan dorongan alami otak untuk mencari makna yang lebih besar daripada diri kita sendiri.

Maka kita mencari koneksi kepada yang lebih besar, apakah itu melalui Tuhan, alam semesta, atau cinta kepada sesama manusia. Di balik setiap tindakan spiritual, ada mekanisme biologis yang mengarahkan kita menuju keadaan damai dan transendensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun