Sedangkan informasi mengenai agama dan keyakinan bertujuan untuk memperluas cakrawala pengetahuan manusia terhadap keragaman yang ada di lingkungannya.Â
Maka, usul Heiner, pengajaran agama dan informasi mengenai agama harus diajarkan dalam pelajaran yang berbeda. Hal itu untuk menghindari bias dan menjaga netralitas dengan harapan terciptanya penghapusan stereotip dan stigmatisasi melalui institusi sekolah (hal:5-9).
Melalui rekomendasi dalam laporan-laporannya, Heiner memerlihatkan atmosfer yang memungkinkan bagi terciptanya pernghormatan terhadap hak KBB. Agama atau keyakinan yang berkembang di dalam tubuh masyarakat sejatinya bisa menjadi faktor pendorong bagi kerjasama antar warga negara, bahkan lebih jauh mampu menjadi modal sosial dalam pembangunan di suatu negara.
Heiner melalui buku ini ingin menegaskan bahwa pemenuhan hak KBB adalah tanggungjawab negara melalui penciptaan sistem dan kultur politik yang melestarikan kehidupan tiap agama atau keyakinan. Negara bertanggungjawab mengeluarkan aturan non-diskriminatif, membangun kurikulum pendidikan inklusif, hingga mengupayakan diskursus publik yang memberi kesempatan bagi tiap penganut agama atau keyakinan berbincang secara sehat. Sehingga eksistensi hak KBB tak lagi sekadar pengakuan, namun telah menjadi salah satu langkah mewujudkan penghargaan terhadap hak asasi manusia.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H