Mohon tunggu...
Dennis Baktian Lahagu
Dennis Baktian Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Penghuni Bumi ber-KTP

Generasi X, penikmat syair-syair Khairil Anwar, fans dari AC Milan, penyuka permainan basketball.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memastikan Minyakita Tetap Minyak Kita

19 Februari 2023   13:33 Diperbarui: 20 Februari 2023   18:08 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tergesa-gesa Binsar berjalan kaki menuju Warung Kak Santi. Tanggung kalau harus pakai motor, hitung-hitung sekalian olah raga, mungkin hal itu yang ada dalam benak Binsar. Warung Kak Santi satu-satunya warung kecil yang ada di Gang Lembayung. Hampir semua rumah tangga yang berada di gang tersebut berbelanja di Warung Kak Santi. Gang yang lebarnya hanya dapat dilalui kendaraan sejenis becak dan kendaraan roda dua, dihuni kurang lebih 12 KK dan Binsar salah satu penduduk yang berdomisili di daerah tersebut.

" Ada apa Sar...?," tanya Kak Santi melihat Binsar baru saja sampai di depan warungnya.

" Minyak goreng kak, habis di rumah. Masih ada kan, kak??," sahut Binsar dengan raut wajah penuh harap.

"Beruntung kali dirimu, Sar. Tinggal satu lagi, yang kemasan 1 liter. Itupun Minyakita. Merk lain udah jarang kakak jual, Sar," Santi menjawab sembari mengambil minyak goreng kemasan yang dimaksudnya.

"Minyakita pun jadilah kak. Berapa itu kak?."

"17 ribu Sar, agak beda harganya kali ini. Kakak terpaksa mengikuti kenaikan harga dari distributor. Mau cam mana lagi lah."

"Memang ku dengar-dengar juga tentang harga Minyakita ini di TV kak, mulai melambung. Padahal dulu janjinya paling tinggi 14 ribu." Sahut Binsar sambil menyerahkan selembar uang 10 ribuan, selembar 5 ribuan dan selembar 2 ribuan kepada Santi.

......

Dalam beberapa minggu terakhir ini, keberadaan minyak goreng kemasan bermerk Minyakita mulai sulit didapatkan di warung-warung. Seandainya adapun, harganya naik dijual pada kisaran 16 - 17 ribu per liter. Jika tidak ada upaya signifikan dari Pemerintah diperkirakan harganya akan terus melambung dan langka. Padahal ketika diluncurkan pada Juli 2022, Minyakita diharapkan dapat menjadi solusi menurunkan harga minyak goreng yang saat itu harganya sedang meresahkan masyarakat.

Lahirnya Minyakita tidak terlepas dari kebijakan reshuffle Menteri Perdagangan pada pertengahan tahun 2022. Reshuffle tersebut ditengarai salah satu penyebabnya akibat melambungnya harga minyak goreng sejak awal tahun 2022 yang sedikit banyaknya sebagai pengaruh perang Rusia - Ukraina.

Minyakita diluncurkan Zulkiflie Hasan pada 6 Juli 2022, sekitar tiga minggu setelah dia dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Muhammad Lutfi. Minyakita kemudian terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM sebagai merek dagang yang dimiliki Kementerian Perdagangan dengan nomor sertifikat TBM/002003152.

Awal kehadirannya, Minyakita secara perlahan menekan laju harga minyak goreng kemasan. Dengan harga Rp. 14.000, Minyakita mampu mengalihkan pilihan masyarakat dari minyak goreng kemasan yang sudah ada.

Namun keadaan berbalik menjelang akhir Tahun 2022 dan memasuki awal Tahun 2023. Seperti yang sudah diketahui, harga Minyakita di pasaran terderek naik hingga ke angka Rp. 17.000 per liter. Bahkan di beberapa tempat Minyakita tergolong langka. Ada apa?

Banyak argumentasi yang dikemukakan seiring bermunculannya sorotan atas langka dan menaiknya harga Minyakita.

Argumentasi pertama yang disampaikan Menteri Perdagangan adalah realisasi suplai pasokan dalam negeri yang wajib dicukupi sebelum melakukan ekspor atau DMO (domestic market obligation) turun sejak November 2022. Dikutip dari laman economy.okezone.com realisasi November 2022 sebesar 100,94% yang kemudian turun sebesar 86,31% pada akhir Tahun 2022. Tren menurun terus terjadi pada Januari 2023 yang realisasinya turun sebesar 71,81% dari target bulanan 300.000 ton.

Jika dirunut lebih dalam, penerapan kebijakan DMO yang diperuntukkan untuk Minyakita sangat rentan mempengaruhi neraca produsen dan hal ini sebenarnya sangat mudah diprediksi ketika kebijakan DMO digaungkan. Apalagi disaat bersamaan produsen memiliki produk premium yang lebih menguntungkan.

Walau tidak perlu waktu yang lama, pada akhirnya rapat evaluasi kebijakan pendistribusian minyak goreng yang digelar Kementerian Perdagangan bersama para produsen pada 30 Januari 2022 terlaksana. Dalam keterangannya, Menteri Perdagangan menginformasikan adanya kesepakatan bahwa para pelaku usaha akan menambah pasokan sampai dengan pemenuhan kebutuhan puasa dan lebaran 2023. 

Argumentasi lain yang disampaikan Zulhas mengenai langkanya Minyakita adalah semakin banyak masyarakat yang beralih ke Minyakita. Alasan yang begitu ringan dan sepertinya tidak masuk kategori alasan. Mengapa? Lha bukan kah tujuan kehadiran Minyakita agar daya beli masyarakat tetap terjaga? Sama halnya ketika berbicara tentang kebijakan DMO dan efeknya, bukankah peralihan dari minyak premium itu sebenarnya sudah dapat diprediksi? Ketika permintaan masyarakat akan Minyakita meningkat bukan berarti itu sebuah kesalahan namun seharusnya diperlukan upaya untuk menindaklanjuti ketersediaan Minyakita alih-alih mengkambinghitamkan demand masyarakat yang meningkat.

Argumentasi terakhir yang nyeleneh tanpa data diungkapkan Zulhas bahwa Minyakita banyak dijual di pasar ritel. Pernyataan ini kemudian dibantah keras oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey yang mengungkapkan bahwa hanya 2 - 3% Minyakita yang dipasarkan ritel. Bahkan penjualannya pun tidak maksimal karena 85% konsumen ritel masih membeli minyak gorang premium.

Apapun argumentasi yang disampaikan Menteri Perdagangan terlanjur memberikan gambaran kepada kita bahwa produk Minyakita lahir sebagai sebuah kebijakan tanpa infrastruktur yang kuat dan baik. Boleh kita mengapresiasi kebijakan ini sebagai kebijakan yang pro rakyat, tetapi patut juga kita melihat sisi rentannya kebijakan yang mengiringi instabilitas harga Minyakita.

Selain infrastruktur secara umum, produksi dan pendistribusian Minyakita sebagai produk Pemerintah wajib dikawal dan dievaluasi. Jangan sampai kelangkaan stok terjadi. Bulog perlu diberi peran untuk melakukan pendistribusian mengingat selama ini Bulog berhasil dalam penanganan distribusi beras. Tidak perlu sungkan untuk berkoordinasi. Bukankah Kementerian Perdagangan dan Bulog sama-sama berada dibawah payung yang sama? Ego perlu dikesampingkan untuk mencapai tujuan mulia, mensejahterakan masyarakat.

Kebijakan pembatasan pembelian juga hanya alternatif solusi. Namun pembatasan itu tidak akan diberlakukan jika saja stok melimpah dan harga stabil. Justru menemukan titik sumbatan terhadap kelangkaan, itulah yang utama perlu dilakukan Kementerian Perdagangan sebagai penggagas Minyakita. Kerjasama lintas sektoral dan lintas lembaga dan instansi perlu dilakukan agar sumbatan kelangkaan segera didapat dan ditemukan jalan keluarnya.

Disisi lain, Minyakita sangat rentan dipolitisasi. Hal ini perlu diwaspadai. Sejak dahulu, politik Indonesia tidak pernah lepas dari politisasi komoditas apalagi komoditas yang menyasar kebutuhan dasar masyarakat. Sebentar lagi kita memasuki Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Seperti sudah menjadi pola rutin bahwa kenaikan harga dan kelangkaan produk akan selalu terjadi. Sebagai warga negara yang baik, mari mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga komoditas dasar tersebut. Jangan membiarkan Minyakita bukan lagi minyak kita karena langka dan mahal.

.....

Binsar mengambil beberapa potong pisang goreng yang masih panah dari wadahnya diatas meja dan menaruhnya di sebuah piring kecil. Tanpa suara dan tanpa sepengetahuan Sandra yang sedang asyik membolak balik gorengan di dalam wajan penggorengan, Binsar segera berlalu dari dapur.

" Eeeeeeee.....mo kau bawa kemana pisang goreng itu, Sarrrr?"

Sebuah perkataan bernada teriakan yang tidak begitu asing lagi terdengar oleh Binsar, suara Sandra. Seperti diberi aba-aba, Binsar berhenti tepat didepan pintu dapur membelakangi Sandra.

"Bukannya bantuin kupasin, malah asyik nyomotin pisang goreng. Sinih, balikkin...." sambungnya.

Binsar perlahan membalikkan badan dan melangkah berdiri dihadapan Sandra sambil memegangi piring kecil berisi pisang goreng didepan dadanya. Binsar menatap Sandra penuh makna, tanpa bicara sepatah katapun. Tatapan yang sangat dikenali Sandra.

"Hmmm...ya udah, kita makannya disini aja, berdua. Lagian aku udah selesai menggoreng kok..." ujar Sandra mengusap pipi kanan Binsar. Selesai mematikan kompor gas, pisang goreng terakhir yang telah ditiriskan berpindah tempat ke wadahnya.

Sore itu, ditemani kudapan pisang goreng dan secangkir kopi hitam yang diminum berdua, Binsar dan Sandra tenggelam dalam pembicaraan seputar Minyakita yang tak kunjung berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun