Mohon tunggu...
Dennise Sihombing
Dennise Sihombing Mohon Tunggu... Administrasi - Fulltime Blogger

Panggil saya Dennise.Saya ibu dari Rachelle & Immanuelle.Saya suka berkhayal kadang yang agak nyeleneh,he...he...he...for info contact me: dennisesihombing@gmail.com WA : 087874482128

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perayaan Melasti dalam Wisata Bhineka Cilincing

25 Maret 2023   09:49 Diperbarui: 25 Maret 2023   10:49 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Abu Wan Lie Chie

Setelah kami puas menjelajahi mesjid Al Alam, kami menyusuri jalan aspal yang dipandu oleh Mbak Ira menuju rumah penitipan abu jenazah Wan Lie Chie. Uniknya memasuki area ini ada 2 gedung untuk tempat penitipan abu dan foto yang meninggal. Rumah abu ini berdiri sudah cukup lama usianya 50 tahun lebih dan saat kami kesana penuh sekali foto-foto mereka yang sudah meninggal dimana disampingnya ada guci tempat abu yang meninggal.

Aku di depan Pagoda/Foto: WKJ
Aku di depan Pagoda/Foto: WKJ

Dijelaskan oleh salah satu yang menjaga rumah abu ini ada 2 rumah abu di lokasi tersebut dimana umumnya rata-rata sudah puluhan tahun keberadaannya. Biasanya keluarga terdekat pada saat imlek atau sembayang kubur (chengbeng) yang nanti jatuhnya pada tanggal 5 April mendatang. Disini biasanya yang datang berdo'a di depan foto yang meninggal dan membakar seperti uang-uangan atau barang kesukaan saat almarhum masih hidup. Dimana pengunjung bisa memberi secara langsung disana.

Tempat penyimpan abu jenazah dan penjualan perlengkapan sembayang/Foto: Windu
Tempat penyimpan abu jenazah dan penjualan perlengkapan sembayang/Foto: Windu

Wihara Lalitavustara

Tampak dari depan/Foto: Windu
Tampak dari depan/Foto: Windu

Panas terik yang cukup menyengat dan membakar kulit tidak mengurungkan niat kami melanjutkan langkah kami ke Wihara  Lalitavustara yang terlihat megah. Menurut sejarahnya wihara ini dulunya adalah seorang pedagang Tionghoa yang kapalnya terdampar di daerah Cilincing namun tidak ada air. 

Di depan tempat sembayang/Foto Kang Bugi
Di depan tempat sembayang/Foto Kang Bugi

Saat itu sang pedagang melihat ada tulisan San Guan Da Di yang artinya 3 penguasa yaitu bumi, langit dan air. Lalu si pedagang ini berdo'a kepada dewa agar air laut kembali ada. Ajaib do'a si pedagang di dengar air laut ada kapalpun dapat berlayar kembali. Setelah kembali ke Tionghoa si pedagang berjanji akan datang kembali untuk membangun tempat peribadatan. Dan akhirnya terwujud seperti sekarang ini yang semula adalah klenteng.

Surprise...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun