Mohon tunggu...
Denni Candra
Denni Candra Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi HR - Penulis - Pengajar

Praktisi Komunikasi, Personal Development serta HR – LnD Enthusiast yang suka nulis, penyuka kopi, traveling dan hobi gowes. Selain itu juga memfokuskan diri untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran di bidang Learning & Development, Risk Management, Kepenulisan, Public Speaking dan Tranformasi Budaya (Culture Transformation). Untuk kerja sama kegiatan fasilitasi, kepenulisan dan lainnya, boleh hubungi saya melalui media sosial atau email: info.dennicandra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Like, Share, tapi Pikir-pikir: Strategi Cerdas Mengelola Identitas Digital di Dunia Kerja

3 Februari 2025   08:17 Diperbarui: 3 Februari 2025   08:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa pemisahan ini penting? Karena dengan memisahkan kedua akun tersebut, kita bisa lebih leluasa mengekspresikan diri tanpa harus khawatir akan dampaknya terhadap perusahaan. Misalnya, jika kita ingin membagikan foto liburan atau pendapat pribadi tentang isu tertentu, kita bisa melakukannya di akun pribadi yang telah diatur menjadi privat. Di sisi lain, akun profesional bisa kita gunakan untuk membangun personal branding yang positif dan relevan dengan karier kita.

Namun, perlu diingat bahwa pemisahan akun tidak sepenuhnya menjamin privasi kita. Apa pun yang kita unggah di internet, baik di akun pribadi maupun profesional, bisa saja bocor ke ranah publik. Oleh karena itu, tetap bijak dalam memilih konten yang akan dibagikan.

3. Berpikir Sebelum Memposting. Salah satu prinsip utama dalam menggunakan media sosial adalah berpikir sebelum memposting. Sebelum menekan tombol "unggah", tanyakan pada diri sendiri: Apakah konten ini bisa merugikan perusahaan? Apakah konten ini sesuai dengan nilai-nilai yang saya anut? Jika ragu, lebih baik tidak memposting.

Mengapa ini penting? Karena apa yang kita unggah di media sosial bisa memiliki dampak jangka panjang. Konten yang kita anggap lucu atau tidak penting bisa saja dianggap serius oleh orang lain. Misalnya, memposting keluhan tentang atasan atau rekan kerja mungkin terasa melegakan pada saat itu, tetapi hal ini bisa merusak hubungan kerja dan reputasi kita di masa depan.

Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan audiens kita. Siapa saja yang akan melihat konten kita? Apakah hanya teman-teman dekat, atau juga rekan kerja, atasan, atau bahkan klien? Dengan mempertimbangkan hal ini, kita bisa menghindari situasi di mana konten pribadi kita justru menimbulkan masalah di lingkungan profesional.

4. Menjaga Privasi. Fitur privasi yang disediakan oleh platform media sosial adalah alat yang sangat berguna untuk melindungi diri kita. Misalnya, kita bisa mengatur akun Instagram menjadi privat sehingga hanya orang-orang yang kita izinkan yang bisa melihat postingan kita. Di Facebook, kita bisa membatasi siapa saja yang bisa melihat konten kita, apakah itu teman, teman dari teman, atau publik.

Mengapa ini penting? Karena dengan mengendalikan siapa yang bisa melihat konten kita, kita bisa mengurangi risiko konten pribadi kita tersebar ke orang yang tidak seharusnya. Namun, perlu diingat bahwa fitur privasi ini bukanlah jaminan mutlak. Apa pun yang kita unggah di internet bisa saja bocor, baik melalui screenshot, unggahan ulang, atau cara lainnya. Oleh karena itu, selain menggunakan fitur privasi, kita juga perlu bijak dalam memilih konten yang akan dibagikan.

5. Membangun Personal Branding yang Positif. Media sosial adalah alat yang sangat efektif untuk membangun personal branding. Personal branding adalah cara kita membangun citra diri di mata orang lain. Di era digital, personal branding tidak hanya dibentuk melalui interaksi langsung, tetapi juga melalui aktivitas kita di media sosial.

Sebagai karyawan, kita bisa memanfaatkan media sosial untuk membangun personal branding yang positif. Misalnya, dengan membagikan konten yang inspiratif, edukatif, atau menghibur. Kita juga bisa membagikan pencapaian atau proyek yang sedang kita kerjakan, tentu saja dengan tetap mematuhi kebijakan perusahaan.

Namun, penting untuk diingat bahwa personal branding bukanlah tentang menciptakan citra yang sempurna, tetapi tentang menjadi diri sendiri yang profesional. Jangan mencoba menjadi seseorang yang bukan diri kita hanya untuk mendapatkan likes atau followers. Sebaliknya, fokuslah pada konten yang mencerminkan nilai-nilai dan minat kita, sambil tetap menjaga profesionalisme.

6. Berkomunikasi dengan Bijak. Media sosial adalah ruang di mana berbagai pendapat dan pandangan bertemu. Sebagai pengguna media sosial, kita perlu bijak dalam berkomunikasi. Gunakan bahasa yang sopan dan menghargai pendapat orang lain. Hindari debat yang tidak produktif atau komentar yang bisa menyinggung perasaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun