Dalam kasus karyawan perusahaan pertambangan, bisa saja dia berdalih bahwa itu adalah pandangan personal dan akun yang digunakan juga akun media sosial pribadi. Namun, karena konten tersebut menyertakan logo serta identitas perusahaan, maka hal tersebut menyeret perusahaan ke dalam kontroversi, personal branding-nya justru berubah menjadi negatif. Ia tidak hanya dianggap tidak profesional, tetapi juga dianggap merugikan perusahaan tempatnya bekerja.
Ketika Reputasi Perusahaan Dipertaruhkan
Corporate identity adalah cara sebuah perusahaan mempresentasikan diri kepada publik. Ini mencakup logo, slogan, nilai-nilai perusahaan, dan bagaimana perusahaan tersebut ingin dilihat oleh pelanggan, investor, dan masyarakat umum. Corporate identity dibangun melalui berbagai cara, termasuk iklan, hubungan masyarakat, dan perilaku karyawan.
Karyawan adalah wajah perusahaan. Apa yang mereka lakukan, baik di dalam maupun di luar kantor, bisa memengaruhi citra perusahaan. Itulah mengapa banyak perusahaan memiliki kebijakan ketat terkait penggunaan media sosial oleh karyawan. Beberapa perusahaan bahkan melarang karyawan untuk mengunggah konten yang berkaitan dengan pekerjaan atau menggunakan seragam perusahaan di media sosial.
Dalam kasus karyawan perusahaan pertambangan, penggunaan seragam perusahaan dan latar belakang tempat kerja dalam konten TikTok-nya secara tidak langsung mengaitkan perusahaan dengan isu yang ia angkat. Publik tidak hanya melihatnya sebagai individu, tetapi juga sebagai representasi dari perusahaan tersebut. Akibatnya, perusahaan yang seharusnya tidak terlibat justru terseret ke dalam kontroversi dan harus menghadapi reaksi negatif dari publik.
Strategi Cerdas Mengelola Identitas Digital di Dunia Kerja
Sebagai seorang karyawan, penggunaan media sosial tidak hanya sekadar aktivitas pribadi. Apa yang kita unggah atau bagikan bisa memiliki dampak yang jauh lebih besar, terutama ketika identitas perusahaan ikut terbawa. Oleh karena itu, penting bagi kita, sebagai karyawan, untuk bijak dalam menggunakan media sosial. Bagaimana caranya?
1. Pahami Kebijakan Perusahaan. Sebelum kita memposting sesuatu di media sosial, ada satu hal mendasar yang sering kali terlupakan: memahami kebijakan perusahaan terkait penggunaan media sosial. Setiap perusahaan memiliki aturan dan pedoman yang berbeda-beda. Ada perusahaan yang membebaskan karyawannya untuk membagikan pengalaman kerja, sementara ada juga yang melarang keras segala bentuk pembahasan terkait perusahaan di media sosial.
Mengapa ini penting? Karena kebijakan ini bukan hanya sekadar aturan formal, tetapi juga bentuk perlindungan bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri. Dengan memahami kebijakan ini, kita bisa menghindari situasi di mana konten pribadi kita justru menyeret perusahaan ke dalam masalah. Misalnya, jika perusahaan melarang karyawan untuk membagikan informasi internal, maka memposting rapat kerja atau dokumen perusahaan di media sosial jelas merupakan pelanggaran. Hal ini tidak hanya merugikan perusahaan, tetapi juga bisa berdampak pada karier kita.
Jadi, sebelum memposting sesuatu, luangkan waktu untuk membaca dan memahami kebijakan perusahaan. Jika ada yang tidak jelas, jangan ragu untuk bertanya kepada HR atau atasan. Lebih baik berhati-hati daripada menyesal kemudian.
2. Pisahkan Akun Pribadi dan Profesional. Salah satu cara paling efektif untuk menghindari masalah adalah dengan memisahkan akun pribadi dan profesional. Akun profesional bisa digunakan untuk membangun jaringan, mencari peluang karier, atau membagikan konten yang relevan dengan pekerjaan. Sementara itu, akun pribadi bisa digunakan untuk berbagi momen dengan keluarga dan teman-teman dekat.