Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

The Missing Link adalah Nol: #2

27 Maret 2023   15:18 Diperbarui: 17 Mei 2023   09:31 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan apa yang disampaikan oleh Rasullullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam, tentang Allah Subhanahu Wata'ala, terperinci dalam kitab Al-Qur'anul Karim adalah bukti nyata bahwa "Hanya Allah sajalah yang bisa mengenalkan diriNya pada manusia, dan Al-Qur'an adalah bukti bahwa Muhammad bin Abdullah benar-benar utusanNya." Karena kita tidak bisa meyakini itu jika hanya sebatas klaim, harus bukti terbukukan (kitab) yang nyata terperinci.

Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Maafkan saya jika harus memotong jalur pencarian, pengidentifikasian Tuhan pada Rasullullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasalam karena memang mustahil memastikan nama Tuhan kecuali Tuhan sendiri yang mengenalkan diriNya pada manusia pilihanNya. Dialah Allah, nama Tuhan Sang Pencipta yang mengenalkan diriNya pada Nabi Adam 'alahi salam. Dialah Allah nama Tuhan yang dikenalkan Nabi Adam 'alaihi salam ke anak turunnya. Dialah Allah yang mengenalkan diriNya ke Nabi-nabiNya, Rasul-rasulNya. Dialah Allah yang dikenalkan Rasul-rasulNya ke umatnya. Hanya saja nenek moyang kita segan, merasa tak pantas, merasa tak sopan untuk menyebutnya langsung. Maka yang sampai kepada kita adalah gelar, dan sifat yang melekat padaNya. Dan sebutkanlah namaNya "Allah Allah Allah" langsung untuk meretas batas indra, merobohkan batasan indra, mengikis keraguan dan menyingkat waktu. Itu tidak mengapa, tidaklah apa-apa, karena Allah itu Maha Memaafkan juga Maha mengampuni.

Tidak ada pilihan lain dalam bertuhan, kita hanya bisa bertuhan hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Terkait dengan persaksian kita kepada Allah, dengan 2 kalimat syahadat / persaksian, persaksian itu tidak menjadikan Allah itu adalah milik kita. Allah Subhanahu Wata'ala itu adalah pemilik langit, bumi dan seisinya. Dialah Allah pemilik jagat raya / semesta ini, jangan terbalik logika. Jangan pernah menyangka bahwa dengan persaksian ini, menjadikan Allah milik kita. Jangan pernah mengira bahwa Allah menjadi hak orang yang membuat kesaksian padaNya.

Telah benar kita menyatakan persaksian kita dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat, tetapi tidak benar jika kita menjadi pemilik kebenaran itu. Ketika kita menjadi saksi bagi orang lain yang menyatakan kesaksiannya akan "Tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.", kita tidak punya hak, kuasa ataupun wewenang untuk memutuskan bahwa persaksian itu syah atau batal. Karena batas pengetahuan kita  atas kesaksian orang lain hanya sampai pada apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat, maka hal itu tidak bisa digunakan untuk mengesahkan atau membatalkan kesaksian orang lain, sekalipun dalam mengucapkan persaksiannya orang tersebut tidak begitu lancar, fasih, tetap saja hal itu tidak sampai pada batalnya persaksian tersebut. Syah atau batalnya kesaksian seseorang hanya hak Allah saja. Seluruh jagat raya ini adalah milik Allah Subhanahu Wata'ala.

Bumi dan langit dengan segala isinya adalah milik Allah, dan kebenaran mutlak hanyalah milikNya. Maka bagi kita yang telah menyatakan dua kalimat persaksian jangan terbalik logika, dan juga menyempitkan makna bahwa "Allah adalah milik orang-orang yang memberi / melakukan persaksian.". Jangan pula mempersempit makna bahwa kasih sayang Allah hanya boleh diberikan kepada mereka sujud kepadaNya saja. Jangan pula merasa bahwa kebenaran hanya untuk mereka yang telah memberikan persaksian. 

Jangan pula meminta pembenaran dari Allah tentang semua perbuatan kita. Jangan pula memaksakan kebenaran walaupun itu berdasarkan dalil, jangan pula meminta pembenaran dengan dalil-dalil. "Laa ilaha illallah" adalah kalimat yang mutlak benar, tidak peduli siapapun yang mengucapkan kalimat itu, maka kalimat itu meleburkan, subyek yang mengucapkan itu. Maka tidak boleh seorangpun mengklaim kepemilikan kalimat itu, tidak boleh ada orang, kelompok orang, perkumpulan, firqah, tarikat, yayasan, badan, oraganisasi apapun itu sebutannya yang mengklaim bahwa syah atau batalnya kalimat persaksian atapu kalimat "Laa ilaha illallah" hanya dari tarikatnya, kelompoknya, organisasinya, badannya. 

Maka tidak boleh ada istilah "Allahku, Allahmu, Allah kita, Allah mereka". Allah adalah pemilik bumi langit dan seisinya, maka istilah "Allahku, Allahmu, Allah kita, Allah mereka" BATAL / BATIL / SALAH untuk digunakan jika nama Allah itu disamakan artinya dengan Tuhan, God, Gusti, dan lain sebagainya sebutan untuk Tuhan. Karena hal itu bisa bermakna ada banyak Tuhan, sedangkan 

Tuhan itu satu yaitu Allah subhanahu wata'ala saja. Adapun ketika berdo'a kita menggunakan kata sapaan "Ya Tuhanku, Wahai Tuhan kami" maka kata sapaan itu bukan berarti milik, akan kata sapaan itu menunjukkan kehambaan, ketaatan, ketundukkan, kelemahan, ketakwaan dari hambaNya. Kata sapaan "Ya Tuhanku, Ya Tuhan kami" adalah cara dari hambaNya untuk mendekatkan diri, tunduk dan penuh harap, bukan untuk mengklaim kepemilikan akan Tuhan. Bukan pula untuk mempersempit kasih sayang Tuhan hanya untuk dirinya atau kaumnya atau kelompoknya saja. Karena hal seperti itulah Iblis menganggap Tuhan adalah miliknya, merasa benar dan menuntut dibenarkan oleh Allah subhanahu wata'ala.

Janganlah sampai kita menempati kedudukan Iblis, dengan beranggapan bahwa Allah adalah milik orang-orang yang bersujud kepadaNya, Allah hanya boleh sayang kepada orang yang memberikan kesaksian atasNya. Menjauhlah dari maqam / tempat / kedudukan Iblis. Jangan pernah berharap, bahkan meminta bahwa "Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan langit bumi dan seisinya dengan semua suku, ras, manusia dan jin" untuk berpilih kasih terhadap ciptaanNya yaitu orang-orang yang memberikan kesaksian saja. 

Jangan pernah meminta kepada Allah yang Maha Pengasih untuk berpilih kasih. Bertuhanlah hanya kepada Allah subhanahu wata'ala saja tanpa menyekutukan sedikitpun, tetaplah berserah diri menjadi muslim dan tetaplah terbuka terhadap segala sesuatu kemungkinan. Karena Tuhan kita adalah Allah subhanahu wata'ala yang berkuasa atas segala sesuatu, juga berkuasa melakukan segala sesuatu. Selalulah waspada untuk tidak menempati maqam / kedudukan Iblis dengan menutup pemikiran, pendapat dan penafsiran. Karena kafir-nya Iblis bukanlah tidak bertuhan tetapi menutup diri, pemikiran dan pendapatnya dari kuasa Alllah subhanahu wata'ala. Tetaplah waspada dan hati-hati terhadap dirimu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun