Pada kenyataannya yang berkehendak adalah yang hidup.
Pada kenyataanya yang hidup melakukan perubahan pada benda-benda mati di sekitarnya menghancurkan, memadukan dan membentuk kembali sesuatu yang baru.
Akal : “Mengapa tidak timbul pertanyaan apa sesuatu yang hidup itu? Yang memulai semuanya untuk bergerak? Yang berkehendak membuat semuanya ada?”
Mas Kus : “Itu semua terasa benar, dan selesai atau tuntas di situ. Padahal masih ada sesuatu dibalik itu semua.”
Akal : “Atau dipaksa benar Mas Kus, atau terus diulang-ulang sehingga terasa benar!”
Mas Kus : “Bisa jadi seperti itu Kal. Bisa juga karena kita belajarnya hanya sebagian-sebagian saja.”
Mas Kus : “Kita belajar fisika hanya sebatas fisik saja tanpa ada kaitanya dengan biologi atau kimia, atau belajar matematika hanya sebatas hitung-hitungan saja.”
Akal : “Jadi kebenarannya hanya sebagian-sebagian saja.”
Mas Kus : “ho’oh.”
Akal : “Lalu apa jawaban atas sesuatu yang hidup, yang ada sebelum semua ada, yang mengerakkan semua, yang meletakan semua itu ditempatnya masing-masing, yang menjaganya tetap seperti itu?”
Mas Kus : “Karena itu kita tidak boleh belajar itu sebagian-sebagian Kal. Janganlah belajar tentang dunia ini dan menganggapnya tidak ada kaitannya dengan agama, jangan pula belajar agama tapi tidak mau mengenali tentang dunia ini padahal kita hidup di dunia.”