Kaum menengah ke bawah yang umumnya tidak berpendidikan, tidak bisa menerima penjelasan dari kaum berpendidikan yang menggunakan teori ilmiah. Untuk menyadarkan bahaya virus Corona, kaum menengah ke bawah butuh bukti nyata yang bisa dilihat dengan mata mereka. Seperti waktu ketika mereka melihat apa yang terjadi di Wuhan, ketika virusnya sudah tiba di Indonesia mereka semua ikut ketakutan. Tapi karena ketakutan yang mereka kuatirkan itu tidak terjadi di Indonesia, sehingga mereka tidak percaya akan bahaya virus Corona, toh mereka semua masih hidup semua sampai sekarang dan sehat wa'alfiat.
Maka itu, Pemerintah dan para ahli kesehatan perlu membuktikan secara nyata akan bahaya virus Corona ini, bukan dengan angka-angka atau data-data saja, tapi dengan 'adegan nyata' yang bisa dilihat oleh mereka dan tidak bisa dibantah oleh semua orang. Tentu 'adegan nyata' yang dimaksud haruslah sungguhan dan bukan settingan, sebab rakyat sekarang sudah cerdas.
Mereka malah ada yang mengharapkan baru percaya adanya Corona kalau di Indonesia terjadi kematian massal secara mendadak, banyak orang tersengal-sengal, glebak, lalu mati, jenazahnya berserakkan di jalan-jalan atau lorong-lorong rumah sakit, seperti yang terjadi di Wuhan dan berbagai wilayah di Eropa. Bagi mereka, bila Pemerintah atau media hanya menyajikan setiap hari berupa data angka-angka saja, mereka tidak akan percaya adanya virus Corona dan bahayanya, sehingga semakin susah untuk menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. "Sakit flu aja ada gejalanya, batuk ngoklok dan ingusan nyingsring-nyingsring, masa ada penyakit tidak bergejala." kata mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI