Kita ambil contoh, layanan keuangan. Mungkin di antara kita ada yang sudah lupa kapan terakhir kali masuk ke bank dan bertemu dengan teller. Sekarang, layanan perbankan, baik transfer, pembayaran, bahkan membuka rekening baru bisa dilakukan lewat aplikasi di smartphone.
Di bidang kesehatan, BPJS adalah salah satu layanan pemerintah yang wajib menggunakan smartphone. Pengaturan, pembaruan data, perubahan data, hingga pesan nomor antrian, semuanya dilakukan dengan smartphone.
Mau tidak mau intensitas penggunaan smartphone kita semakin meningkat, seiring dengan semakin banyaknya layanan yang bisa diakses lewat smartphone. Lebih mudah dan praktis, tentu saja.
Bahaya distraksi
Smartphone memudahkan kita dalam melakukan banyak hal. Mulai dari berkirim pesan hingga mendapatkan transportasi online. Hampir semua kebutuhan kita dapat diakses dari smartphone.
Namun, apakah saat kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita tersebut, kita berhenti melihat layar smartphone?
Tidak. Kita seringkali terdistraksi berbagai aplikasi lainnya, seperti misalnya aplikasi media sosial. Padahal sebenarnya bukan prioritas kita membuka aplikasi tersebut.
Hal ini biasanya terjadi saat waktu senggang, misalnya saat selesai mengerjakan pekerjaan rumah, menjelang tidur, atau saat hari libur.
Hal ini memang merupakan sebuah hiburan. Dan kita memang perlu hiburan. Tapi tentu saja, kadarnya tidak sampai berlebihan.
Membuka aplikasi lainnya malah mendistraksi kita, menghabiskan beberapa menit tambahan (bahkan jam) yang kurang penting.
Dan perlu diingat, kebanyakan aplikasi smartphone dirancang untuk "menjebak" pengguna agar betah berlama-lama menjelajah di dalamnya. Sayangnya, tak jarang kita tanpa sadar terjebak.
Dorongan untuk terus terhubung
Sebagian kita sudah mengenal fenomena FOMO atau "fear of missing out". Sebuah perasaan takut ketinggalan informasi, acara, atau pengalaman tertentu. Fenomena FOMO ini ramai dibicarakan terutama setelah era kemunculan smartphone.