Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist, Dosen

Geologist, Dosen | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

4 Alasan Orang Tua Tolak Vaksin untuk Anak

30 Juni 2021   16:48 Diperbarui: 30 Juni 2021   21:18 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teori konspirasi (https://news.tulane.edu)

Kelompok anti vaksin sebenarnya sudah ada sejak pertama kali vaksin diperkenalkan. Namun pergerakannya terbatas, tidak ada sarana untuk menyampaikan pendapat dan merangkul orang-orang di luar sana yang sepemikiran.

Saat ini penyabaran klaim-klaim yang memperkuat anti vaksin dapat dengan mudah disebarluaskan lewat situs web, blog, dan media sosial. Kita bisa dengan mudah memperoleh informasi hanya beberapa kali klik dan mengetikkan kata kunci di mesin pencari.

Siapa saja bisa membuat konten, baik ahli ataupun penipu. Informasi yang disampaikan pun bisa jadi opini atau fakta, sulit dibedakan. Kontrol konten jauh lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan media massa tradisional.

Ilustrasi media sosial (Foto oleh Lisa dari Pexels)
Ilustrasi media sosial (Foto oleh Lisa dari Pexels)
Belum lagi jika kita memiliki asimilasi yang bias, memahami informasi baru melalui "kacamata" yang telah kita percayai sebelumnya. Hal ini menyebabkan kita kesulitan menyerap informasi yang dapat secara radikal mengubah persepsi kita, meskipun informasi tersebut benar, akurat, dan terpercaya.

Dalam sebuah video humor di Youtube berjudul If Google Was a Guy, diceritakan seorang wanita mencari informasi kepada Google yang dipersonifikasi menjadi seorang kantoran. 

Si wanita mencari informasi tentang vaksin yang dapat menyebabkan autisme. Google kemudian berkata bahwa ia punya sejuta bukti tentang vaksin yang tidak menyebabkan autisme dan satu konten yang menyatakan sebaliknya. Sambil tersenyum, wanita tersebut beranjak dari kursi, mengambil berkas dari Google, dan berkata, "I knew it!".

Cuplikan If Google Was a Guy (Sumber: https://www.youtube.com)
Cuplikan If Google Was a Guy (Sumber: https://www.youtube.com)
Banyaknya informasi mengenai hal-hal positif tentang vaksin tidak menjamin perubahan pola pikir orang tua yang menolak vaksin. Bagi yang pro vaksin akhirnya ya capek sendiri. Sudah susah payah melawan misinformasi, ujung-ujungnya tidak ada perubahan yang terjadi.

4. Dalih kasih sayang orang tua

Orang tua sudah sewajarnya menyayangi anaknya lebih dari apapun. Ornag tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak, tidak ingin membuat mereka sakit dan menderita. Rasa kasih sayang ini pula yang membuat orang tua enggan memberikan vaksin kepada anaknya.

Ilustrasi kasih sayang orang tua (Foto oleh Andreas Wohlfahrt dari Pexels)
Ilustrasi kasih sayang orang tua (Foto oleh Andreas Wohlfahrt dari Pexels)
Beberapa vaksin memang memberikan efek samping kepada anak. Misalnya, vaksin DPT memberikan efek demam kepada anak. Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya menangis karena demam. Saya pun mengalami hal yang sama beberapa bulan lalu.

Mendapati cerita yang sama dari tetangga atau teman dekat, orang tua bersikukuh tidak memberikan vaksin kepada anak. Mereka berdalih, "kalau mau dibuat sehat, kenapa anak malah dibuat sakit?".

Vaksin terbuat dari substansi penyakit (bakteri, virus, dll) yang telah dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak dapat berkembang di dalam tubuh manusia, namun cukup untuk membuat antibodi bekerja. Pemberian vaksin akan membuat antibodi anak siap lebih awal sehingga menurunkan resiko terkena penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun