Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist, Dosen

Geologist, Dosen | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nikel, Logam Transisi Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

24 Juni 2021   16:03 Diperbarui: 29 Juni 2021   15:01 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tambang nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sumber: https://finance.detik.com)

Nikel belakangan menjadi primadona di dunia pertambangan, khususnya Indonesia. Ibarat harta karun, nikel banyak diburu. Investor domestik dan asing ramai berdatangan, berebut lahan potensial nikel yang menjanjikan.

Bagi pegiat bidang geologi, banyaknya investor yang masuk merupakan berkah tersendiri. Tersedia lowongan kerja bagi geologist baru dan berpengalaman. Mereka ingin bergerak cepat, merekrut sebanyak mungkin orang agar pekerjaan bisa segera mendulang keuntungan.

Akhirnya banyak wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) diterbitkan. Eksplorasi tak henti dilakukan, produksi digenjot hingga kapasitas maksimalnya. 

Peningkatan besar-besaran dalam eksplorasi dan eksploitasi nikel tidak lain terjadi karena permintaan pasar terhadap nikel itu sendiri. Nikel merupakan bahan baku baterai bagi mobil listrik, kendaraan ramah lingkungan masa depan. 

Sebagai geologist, saya akan coba menguraikan nikel dari sisi geologi, pertambangan, serta masa depan apa yang menanti nikel produksi Nusantara.

Apa itu nikel?

Sejak lama, pertambangan nikel menuai kontroversi. Kegiatannya dicap sebagai perusak alam, tidak peduli dengan kelangsungan ekosistem sekitarnya. Beberapa media bahkan melabeli pertambangan nikel sebagai usaha menjual Tanah Air ke luar negeri.

Secara harfiah, nikel memang berasal dari tanah (belum sepenuhnya jadi tanah sih). Tidak seperti gambaran umum tambang yang dekat dengan bebatuan, nikel nyatanya diperoleh dari tanah hasil pelapukan batuan.

Nikel dalam tabel periodik adalah unsur dengan nomor atom 28 dan disimbolkan dengan Ni. Nikel merupakan logam transisi yang bersifat keras namun elastis. 

Nikel (Sumber: https://ekonomi.bisnis.com)
Nikel (Sumber: https://ekonomi.bisnis.com)
Nikel umumnya dapat dijumpai pada batuan ultramafik. Batuan ultramafik adalah batuan dengan kandungan silika kurang dari 44 persen. Biasanya batuan jenis ini terbentuk di kerak samudera.

Nikel juga dijumpai pada meteorit yang mampir ke bumi. Kemiripan karakteristik inilah yang mendasari kepercayaan ahli kebumian bahwa pembentukan bumi tidak lepas dari peran lingkungan ekstraterestrial.

Karakteristik kerak samudera yang didominasi oleh batuan ultramafik dan batuan sedimen laut dalam banyak dijumpai di bagian timur Indonesia. Wilayah tersebut terdiri dari pecahan benua dan kerak samudera yang dikontrol pergerakan tektonik Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Aktivitas tektonik yang intens menyebabkan banyak batuan terangkat dari dasar samudera, salah satuanya batuan ulramafik tadi.

Nikel sendiri merupakan mineral jejak yang ikut serta dalam proses pembekuan magma yang membentuk batuan ultramafik. Proses pelapukan pada iklim Indonesia yang tropis menyebabkan batuan lapuk, terurai, dan meninggalkan unsur-unsur yang lebih tahan pelapukan, salah satunya nikel. Konsentrasi nikel lama kelamaan semakin tinggi dan terbentuklah endapan nikel laterit seperti yang dikenal di Indonesia seperti sekarang.

Bagaimana nikel diperoleh?

Seperti yang telah disebutkan di atas, nikel diperoleh dengan cara ditambang. Lebih tepatnya ditambang dengan sistem penambangan tambang terbuka.

Salah satu tambang nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sumber: https://finance.detik.com)
Salah satu tambang nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sumber: https://finance.detik.com)
Penambangan nikel dimulai dengan proses land clearing. Pada tahap ini lahan tambang dibersihkan dari vegetasi yang menutupinya.Lapisan tanah penutup kemudian dibongkar dan dipindahkan agar dapat digunakan kembali pada kegiatan reklamasi pascatambang. Tahap ini disebut stripping.

Proses selanjutnya dalah menambang bijih atau ore mining. Bijih nikel terdapat pada lapisan antara tanah penutup dan batuan keras. Kedalaman bijih nikel sangat bervariasi dan kerap menimbulkan salah perhitungan. Oleh karena itu diperlukan berbagai pendekatan agar dapat memperkirakan berapa banyak bijih yang bisa diperoleh secara akurat.

Bijih yang telah diberai kemudian diangkut ke tempat pengolahan untuk dimurnikan. Hasil pengolahan bijih nikel biasanya berupa konsentrat nikel dan nickel matte. Konsentrat nikel hanya memiliki kandungan nikel 12-20%. Nickel matte rata-rata memiliki kandungan 78% nikel, 1% kobal, 20% sulfur, dan sisanya berupa logam lain.

Menurut kajian United States Geological Survey (USGS), Amerika Serikat masih merajai produksi nikel dunia. Indonesia saat ini berada di urutan ke 8. Bukan tidak mungkin produksi nikel Indonesia terus meningkat beberapa tahun ke depan mengingat tren cari cuan di ladang nikel masih terus naik.

Berdasarkan pemetaan Badan Geologi pada Juli 2020, Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton. Beberapa media bahkan mengabarkan kuantitas sumber daya yang lebih besar lagi. Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara punya potensi yang terbesar di Indonesia sampai dengan saat ini.

Nikel Indonesia dan masa depan dunia

Kegiatan pertambangan setidaknya mengubah bentuk rupa bumi agar sesuai dengan kebutuhan pemberaian, pemuatan, pengangkutan, dan pengolahan. Bukit-bukit dilubangi untuk dieksploitasi batuan dan mineral berharganya. Tebing-tebing diratakan agar truk-truk pengangkut raksasa bisa lewat dan memindahkan pecahan kecil bumi dari tempatnya. 

Meski begitu, pertambangan merupakan bagian dari perkembangan peradaban manusia yang tidak dapat dihindari. Pertambangan telah menghidupkan revolusi industri dengan batubara. Pertambangan juga telah menyingkap potensi tanah Papua yang semula dikira hanya hutan belantara.

Bisa dibilang pertambangan adalah salah satu upaya manusia untuk menggapai masa depan.

Salah satu masa depan yang semakin dekat dengan kehidupan manusia adalah kehadiran mobil listrik. Mobil listrik merupakan alternatif moda transportasi ramah lingkungan yang tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber tenaga utamanya.

Nikel merupakan salah satu komponen penting dalam baterai lithium-ion, sumber tenaga mobil listrik. Baterai 60 kWh setidaknya membutuhkn 39 kg nikel. Penambahan nikel pada baterai dapat memperpanjang durasi berkendara.

Salah satu perusahaan yang getol mengembangkan mobil listrik adalah Tesla. Tentu saja Tesla dan manufaktur-manufaktur besar lainnya memerlukan pasokan nikel dalam jumlah yang tidak sedikit.

Ironisnya, upaya untuk mencapai masa depan yang bebas polusi ini harus dilakukan dengan cara yang bertolak belakang. Dalihnya pengorbanan diperlukan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

Tren pasar saat ini merupakan peluang emas bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomiannya. Belum lagi ditambah rencana pembangunan smelter yang akan berperan besar dalam hilirisasi nikel. 

Punya nilai tambah artinya punya juga nilai tawar. Indonesia punya kesempatan untuk mendominasi pasar dan menggeser pemain-pemain utama urusan nikel dunia.

Referensi: satu dua tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun