Perubahan mulai saya rasakan pada hubungan kami. Saya tidak lagi melihat kekurangan adik saya sebagai sebuah kesalahan yang harus diperbaiki, melainkan sebagai keunikan masing-masing individu. Saya malah merasa malu dengan sikap saya di masa lalu. Banyaknya pengalaman yang ia kami peroleh memberikan perubahan pada batas toleransi dalam menyikapi perbedaan karakter. Kami mulai menunjukkan sikap saling menghormati satu sama lain, baik sebagai kakak-adik, maupun sebagai sesama laki-laki dewasa.
Belakangan saya menyadari, perselisihan yang kami alami semasa kecil merupakan hal yang wajar dalam proses perkembangan emosional dan fisik. Saya hanya sedang belajar untuk mengukur dan membandingkan individu lain dengan diri saya sendiri. Keterbatasan wawasan anak-anak belum membawa saya ke level penerimaan dan pemahaman seperti sekarang.
Saya juga akhirnya menyadari bahwa bukan orang tua tidak memilih untuk memperlakukan anak-anak mereka dengan cara berbeda. Mereka hanya menyesuaikan cara bersikap dengan kecenderungan yang ada pada tiap anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H