Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

(Riding for Silaturrahmi) Berkunjung ke Kediaman Mas Ony di Bogor

31 Desember 2024   20:37 Diperbarui: 31 Desember 2024   21:13 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silaturrahmi ke rumah mas Ony (dok. Denik)

Berawal dari pemberitahuan di salah satu grup WA tentang acara Gathering, saya akhirnya riding ke Bogor. Tepatnya ke Kebun Raya Residence. Salah satu Kompasianer senior, mas Ony, mengundang kami untuk hadir ke rumahnya di Bogor. 

Ini kunjungan saya ketiga setelah setahun sebelumnya absen karena ada halangan. Saya selama tidak ada halangan berarti jika diundang untuk silaturahmi pasti diusahakan datang. Mengingat pentingnya arti silaturahmi.

Nah, untuk undangan silaturahmi tahun ini saya bisa hadir. Jadi jauh-jauh hari sudah mengiyakan. Selama tiga kali kunjungan, teman Kompasianer yang barengan datang ke rumah mas Ony beda-beda. 

Waktu kunjungan pertama, saya bareng Kompasianer Denisse Sihombing. Berhubung tinggalnya di daerah Depok. Jadi ketemuannya di stasiun Bogor saja. Saya seperti biasa. Dari Tangerang motoran. Begitu ketemu kak Denisse di stasiun Bogor barulah barengan ke rumah mas Ony.

Kunjungan pertama bersama kak Dennise (dok. Denik)
Kunjungan pertama bersama kak Dennise (dok. Denik)
Kunjungan pertama, saya bertemu dengan mahasiswi mas Ony. Obrolan kami nyambung. Jadi akrab dan tetap berhubungan sampai sekarang. Menambah pertemanan. Tentu saja berkenalan dengan keluarga mas Ony lainnya. 

Kunjungan kedua, saya bareng dengan Kompasianer Utami Isharyani. Berhubung tinggalnya di daerah Ciputat, jadi langsung saja janjian di dekat rumahnya. Saya seperti biasa motoran dari Tangerang. 

Kunjungan kedua bersama Utami (dok. Denik)
Kunjungan kedua bersama Utami (dok. Denik)
Jalur yang saya tempuh adalah Ciputat, Parung, dan Bogor. Jadi paslah. Nah, bersama Utami ada kejadian konyol. Masa motoran dari pukul 10.00 WIB sampai tujuan pukul 18.00 WIB. Sekitar 8 jam-an. Gila kan? Semua karena goegle maps.

Entah kenapa? Arahan mapsnya ngaco enggak jelas. Bolak-balik ketemu tempat yang sama. Jadi seperti diputar-putar sekitar situ saja. Lumayan menguras energi negatif alias kesal. Tapi tetap harus sampai tujuan meski hanya sebentar.

Kunjungan kedua, saya bertemu dengan kang Bugi. Kompasianer yang juga bos komunitas Vlomaya. Ini kali pertama saya bertemu dan berkenalan dengan kang Bugi yang juga seorang pendongeng.

Menambah pertemanan lagi kan? Setelahnya malah kerap bertemu dan berkolaborasi dalam berbagai kegiatan di Jakarta. Serulah pokoknya tiap kali bertemu di Jakarta.

"Kapan nih main lagi ke Bogor?" undang kang Bugi. 

Saya pernah berkunjung ke rumah kang Bugi. Jadi kerap ditawari main lagi. Nantilah kang, suatu saat main lagi deh. Banyak yang ingin dibicarakan juga sih. Uhuuuy.

Nah, untuk kunjungan ketiga, saya barengan dengan Kompasianer Riap Windhu. Berhubung tinggalnya di daerah Slipi maka saya suruh naik kereta ke Pondok Ranji. Baru saya jemput di sana. Karena satu arah.

Kunjungan ketiga bersama Windhu (dok. Denik)
Kunjungan ketiga bersama Windhu (dok. Denik)
Tak ada masalah lah ya. Yang jadi masalah adalah waktu janjiannya. Undangan mulai pukul 14.00 WIB. Eh, pukul 13.45 WIB baru meluncur dari stasiun Pondok Ranji. Eaaaa.

Ya, sudah gaskeun sesampainya saja. Jalanan lancar jaya. Ada macet sedikit di sekitar terminal Parung. Biasalah. Memasuki Kota Bogor sempat liyer sebentar. 

"Kok jalannya kayak balik lagi?"

Daripada kejadian nyasar lagi, akhirnya bertanya saja dengan ojol yang sedang berhenti. Setelah diberikan arahan kita lanjutkan perjalanan. Tetap menggunakan map untuk sampai ke tujuan. Karena lupa lokasi rumahnya.

Tiba ditujuan pukul 15.45 WIB. Lumayan cepat. Acara sudah selesai. Paling ngobrol-ngobrol dengan tuan rumah. Di sana berkenalan dengan teman mas Ony.

Bertemu Kompasianer Tamita Wibisono (dok. Denik)
Bertemu Kompasianer Tamita Wibisono (dok. Denik)
Menambah pertemanan lagi. Tak lama Kompasianer Tamita Wibisono datang. Kita temu kangen. Saya bertemu terakhir sewaktu di Bali. Sejak ia kembali ke Jakarta belum jumpa lagi. Ya sudah anggap saja temu kangen.

Kunjungan kali ini agak berbeda dari kunjungan sebelumnya. Karena pohon rambutan di rumah mas Ony sedang berbuah. Jadi ada keseruan memetik pohon rambutan dan menikmatinya secara langsung. 

Panen rambutan (dok. Mas Ony)
Panen rambutan (dok. Mas Ony)
Jarang-jarang kan makan rambutan langsung dari pohonnya? Usai ngobrol-ngobrol akhirnya satu per satu pamit. Agar tidak kemalaman tiba di rumah. Apalagi saya dan Windhu motoran. Menghindari jangan sampai kejukidi jalan. Sebab cuaca sedang tidak menentu.

Perjalanan pulang berjalan lancar. Jalanan legang. Tak ada halangan berarti. Cuma satu yang cukup menganggu, perut kita keroncongan di tengah jalan. Daripada tidak tenang selama di jalan. Masih lumayan jauh. Akhirnya mencari tempat makan dulu.

Pilihan jatuh ke Mie Gacoan daerah Parung. Tempatnya sedang tidak ramai. Biasanya kan antrean mengular. Kebetulan Windhu belum pernah katanya. Jadi paslah nyobain mie gacoan. 

"Kayak nunggu antrean di rumah sakit," ujar Windhu.

Saat kita duduk menunggu panggilan pesanan. Saya tertawa.

"Iya, ya? Biasanya enggak gini."

Saya sudah beberapa kali makan di mie gacoan. Pernah nyobain mie gacoan di Jalan Panjang dan di Jalan HOS. Cokroaminoto. Lalu yang di Parung ini. Sistem pelayanannya berbeda. 

Biasanya mengantre nomor tempat duduk dulu, melakukan transaksi di kasir baru menunggu di meja. Nanti alat yang kita bawa ke meja akan berbunyi. Ini artinya makanan kita siap diambil. 

Nah, di mie gacoan Parung tidak demikian. Kita tetap antre nomor meja dulu. Tapi tidak diberikan tanda nomor atau alarm. Dihapalkan kita dapat nomor meja berapa. Nanti saat transaksi di kasir ditanya soalnya. Baru di struk pembayaran akan muncul nomor meja kita. 

Di meja yang telah ditentukan kita menunggu dipanggil. Jadi harus konsentrasi mendengarkan suara petugas yang menanggapi menggunakan microphone. Makanya Windhu bilang seperti di rumah sakit. Benar juga sih. 

Selesai makan kita lanjutkan perjalanan lagi. Saya drop di stasiun Pondok Ranji. Lalu kita berpisah. Barulah saya mulai mengantuk. Waktu menunjukkan pukul 23.25 WiB. Pantas sudah mengantuk. 

Syukurnya sudah dekat. Jadi tidak sampai berhenti untuk melepas kantuk. Begitu tiba di rumah langsung bersih-bersih badan dan tidur. Akhirnya tiba kembali di rumah dengan selamat. Akhir tahun ditutup dengan silaturahmi. Alhamdulillah. Insya Allah berkah. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun