Kompasianival. Ajang yang selalu dinantikan setiap tahunnya oleh kita para Kompasianer. Tahun 2024 Kompasianival jatuh pada hari Sabtu, 2 November. Lokasinya di Chillax, Sudirman.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya sudah memastikan diri sendiri untuk datang. Karena Kompasianival momen yang menurut saya sangat spesial. Jadi begitu diumumkan, saya langsung mendaftar. Langsung membuat janji dengan teman-teman Kompasianer lainnya.Â
Saya pun ikut mendaftar acara yang disajikan saat Kompasianival nanti. Seperti Kompasiana clinic dan Story Slam Competition. Pokoknya datang dan seru-seruan barenglah di Kompasianival 2024. Itu niat saya sejak awal.Â
Untuk Story Slam Competition alhamdulillah lolos bersama empat Kompasianer lainnya. Jadi sudah dipastikan bakal tampil di panggung Kompasianival 2024 untuk membaca cerpen karya sendiri.
Rupanya diperjalanan ada "drama" tak terduga. Sehingga tidak semua rencana berjalan dengan lancar. Untuk tahu "drama" apakah itu? Teman-teman bisa klik di sini ya untuk cerita lengkapnya.Â
Nah, setelah terjadi "drama" tersebut, saya tidak sempat untuk mengikuti Kompasiana Clinik karena waktunya pagi. Sementara untuk Story' Slam sore. Masih ada waktulah. Saya tahu jadwalnya karena sebagai salah satu peserta yang karyanya terpilih.Â
Bagaimana perasaan saya begitu diberitahu sebagai salah satu peserta yang lolos Story' Slam Competition?
Pastinya senanglah ya. Berarti karya saya diakui. Sebab cerpen yang diikutkan kompetisi adalah karya sendiri.Â
Lalu bagaimana perasaan saya menjelang tampil di atas panggung Kompasianival 2024?
Jujur rasanya tidak karuan. Was-was, tegang, keringat dingin juga.Â
Kok bisa gitu? Padahal bukan kali pertama manggung toh?
Bagaimana ya? Bukan masalah sudah pernah atau belum pernah tampil. Melainkan karena faktor X.
Pertama, ini pengalaman perdana saya tampil membaca cerpen di depan khalayak ramai.Â
Kedua, tidak ada persiapan karena ada "drama" jelang Kompasianival 2024.
Ketiga, kondisi badan sedang tidak fit. Jadi khawatir pas di atas panggung batuk-batuk.
Pokoknya saat briefing, sampai menunggu dipanggil ke atas panggung, rasanya was-was saja. Rupanya hampir semua merasakan hal yang sama.
Terus jelang detik-detik tampil ke atas panggung, hujan turun dengan derasnya. Kak Mimin meminta para peserta menaikkan volume suara. Artinya harus membaca lebih keras meski sudah memakai mic.
Wuduh, saya semakin khawatir dengan suara ini. Karena itu tadi. Kondisi saya sedang tidak fit. Mana pula cerpen yang saya baca ada lima lembar kertas print out. Upah.
Sebagai penampil pertama jelas ada sedikit beban. Hal tersebut akan menjadi barometer sikap penonton. Akankah tertarik? Atau malah membosankan?
Syukurnya semua bisa dilalui dengan baik dan lancar. Mulai dari penampil pertama (saya) dilanjutkan dengan penampil berikutnya, semua berjalan lancar. Alhamdulillah.
Pada akhirnya Every Story' Matters. Momen tersebut akan menjadi kenangan dan cerita tersendiri bagi saya. Terima kasih Kompasiana. Terima kasih kak Cia dan kak Harry atas supportnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H