Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mengenang 4 Tahun Kepergian "The Godfather of Broken Heart" Didi Kempot

6 Mei 2024   16:26 Diperbarui: 7 Mei 2024   13:59 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar by Kompas.com

MEI 2020. Tepatnya tanggal 5 Mei 2020, pukul 07.30 WIB saya dikejutkan oleh pesan di WA grup yang mengabarkan tentang berpulangnya Didi Kempot.

"Mba, Didi Kempot kan meninggal?"

"Hah! Beneran? Kapan?!" kata saya tak percaya.

"Barusan rame di infotainment. Setel TV aja deh."

Saya termasuk orang yang jarang menonton televisi. Paling acara tertentu saja. Seperti siaran olahraga atau musik. Oleh karenanya diminta segera menyalakan televisi. 

Apalagi orang rumah tahu kalau saya menggemari lagu-lagu Didi Kempot. Maka berita tersebut wajib saya ketahui.

Saya terhenyak tak percaya. Benar. Penyanyi campur sari yang lagu-lagunya sudah akrab di telinga sejak saya kecil itu telah tiada. 

Padahal saya berencana menonton konsernya di GBK loh. Itulah rencana besar sang maestro pada tahun 2020. Usai sukses menggelar konser mini di kawasan SCBD Jakarta, serta konser amal saat pandemi. Selanjutnya menggelar konser akbar di GBK.

Sayang, Tuhan berkehendak lain. Usai konser amal untuk korban Covid-19 Tuhan memanggil-Nya pulang. Didi Kempot yang dikenal dengan lagu-lagu patah hatinya kini tinggal nama. 

Kita tak bisa lagi melihat aksi panggungnya. Tak bisa lagi ia menghibur kita secara langsung. Dunia musik tanah air berduka. Bapak patah hati nasional itu pun benar-benar membuat hati penggemarnya patah. 

Sad Boy dan sad girl julukan bagi penggemar Didi Kempot benar-benar dibuat sad sedalam-dalamnya. 

"Senajan kowe ngilang. Ra biso ta sawang. Nanging neng ati tansa kelingan..."

Ya, saya dan seluruh penggemar Didi Kempot sudah tak bisa lagi melihat sosoknya. Namun nama dan lagu-lagunya akan terus diingat selamanya.

Sosok Didi Kempot

Didi Kempot. Memiliki nama asli Didik Prasetyo. Lahir di Surakarta, 31 Desember 1966. Putra dari seniman Ratno Edi Gudel. Kakaknya pemain Srimulat terkenal, Mamiek.

Nama Kempot diambil dari kata Kelompok Pengamen Trotoar. Sebuah kelompok penyanyi jalanan di bilangan Slipi Jakarta Barat yang sehari-hari mengamen dari bus ke bus. 

Itulah keseharian Didi Kempot begitu hijrah ke Jakarta. Ia tidak mendompleng nama besar kakaknya. Melainkan mencari jati diri sesuai bidang yang ia senangi. Yakni menyanyikan lagu-lagu campur sari dengan lirik lagu patah hati.

Lagu-lagu Didi Kempot

Didi Kempot mulai dikenal oleh masyarakat luas sejak rilis album pertamanya berjudul Cidro pada tahun 1989. Di bawah bendera Musica Studios. 

Lagu Cidro diciptakan berdasarkan pengalaman pribadinya yang gagal dalam urusan asmara. Lirik lagu Cidro begitu menyentuh perasaan.

Gek opo salah awaku iki
Kowe nganti tego mlenjani janji
Opo mergo kahanan uripku iki
Melarat bondo sejen karo uripmu...
Aku nelongso mergo kebacut tresno
Ora ngiro saikine cidro

Tahun 1993 Didi Kempot mendapat undangan ke Suriname, Belanda. Ia tampil membawakan lagu Cidro yang justru meledak dan sangat digemari di sana. Padahal di Indonesia biasa saja debut album perdananya tersebut.

Sejak itu Didi Kempot lebih sering tampil di luar negeri. Termasuk ke negara-negara Eropa. Satu lagu bahkan tercipta ketika berada di Rotterdam, Belanda. Yakni lagu Layang Kangen. 

Lagu yang berdasarkan kisah nyata juga. Tentang kerinduannya pada sang istri.

Umpomo tanganku dadi sewiwi
Iki ugo aku mesti enggal bali
Ning kepiye maneh mergo kahananku
Cah ayu entenono tekaku

Tahun 1998 setelah reformasi, Didi Kempot pulang ke Indonesia. Tidak lama setelah kembali ia menciptakan lagu berjudul Stasiun Balapan. 

Sejak itu nama Didi Kempot mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Lagu-lagunya juga memiliki tempat tersendiri di hati penikmat musik tanah air.

Apalagi setelah tahun 2000 Didi Kempot kembali menciptakan lagu baru yakni Kalung Emas tahun 2013 dan Suket Teki tahun 2016. Nama Didi Kempot pun semakin dikenal luas. 

Puncaknya pada tahun 2019 saat Didi Kempot tampil di Taman Balekambang, Solo. Unggahan warga net di media sosial menyebut Didi Kempot sebagai Godfather of Broken Heart. 

Sejak itu berbagai julukan melekat pada Didi Kempot. Para penggemarnya pun memploklamirkan diri dengan sebutan sobat ambyar. Sad boy dan sad girl.

Didi Kempot tampil secara live di berbagai tv nasional. Konser offline di berbagai wilayah Indonesia. Lagu-lagu campur sari dengan lirik patah hati digemari oleh berbagai kalangan. 

Tak hanya oleh generasi 80/90-an. Anak-anak milenial pun tak malu-malu menyanyikan lagu-lagu Didi Kempot. Bahkan para penggemar lagu-lagu rock juga tergila-gila dengan lagu Didi Kempot.

Sayang di puncak karirnya Tuhan justru memanggil Didi Kempot. Siapa yang tidak kaget? 

Itulah sosok The Godfather of Broken Heart. Si bapak patah hati nasional. Konsistensinya dalam menciptakan lagu-lagu patah hati melalui jalur campur sari berbuah manis.

Kini siapa yang tak mengenal sosok Didi Kempot? Siapa yang tak menyenandungkan lagu-lagunya?

Semua. Ya hampir semua kalangan menyukai lagu-lagu Didi Kempot. 

Loro atiku atiku ke loro loro
Rasane nganti tembus ning dodo
Nangisku iki mergo kowe sing jalari
Kebangeten opo salahku iki
Opo dosaku iki

(Denik, Sobat Ambyar)

Sumber: Wikipedia Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun