Tahun 1993 Didi Kempot mendapat undangan ke Suriname, Belanda. Ia tampil membawakan lagu Cidro yang justru meledak dan sangat digemari di sana. Padahal di Indonesia biasa saja debut album perdananya tersebut.
Sejak itu Didi Kempot lebih sering tampil di luar negeri. Termasuk ke negara-negara Eropa. Satu lagu bahkan tercipta ketika berada di Rotterdam, Belanda. Yakni lagu Layang Kangen.Â
Lagu yang berdasarkan kisah nyata juga. Tentang kerinduannya pada sang istri.
Umpomo tanganku dadi sewiwi
Iki ugo aku mesti enggal bali
Ning kepiye maneh mergo kahananku
Cah ayu entenono tekaku
Tahun 1998 setelah reformasi, Didi Kempot pulang ke Indonesia. Tidak lama setelah kembali ia menciptakan lagu berjudul Stasiun Balapan.Â
Sejak itu nama Didi Kempot mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Lagu-lagunya juga memiliki tempat tersendiri di hati penikmat musik tanah air.
Apalagi setelah tahun 2000 Didi Kempot kembali menciptakan lagu baru yakni Kalung Emas tahun 2013 dan Suket Teki tahun 2016. Nama Didi Kempot pun semakin dikenal luas.Â
Puncaknya pada tahun 2019 saat Didi Kempot tampil di Taman Balekambang, Solo. Unggahan warga net di media sosial menyebut Didi Kempot sebagai Godfather of Broken Heart.Â
Sejak itu berbagai julukan melekat pada Didi Kempot. Para penggemarnya pun memploklamirkan diri dengan sebutan sobat ambyar. Sad boy dan sad girl.
Didi Kempot tampil secara live di berbagai tv nasional. Konser offline di berbagai wilayah Indonesia. Lagu-lagu campur sari dengan lirik patah hati digemari oleh berbagai kalangan.Â
Tak hanya oleh generasi 80/90-an. Anak-anak milenial pun tak malu-malu menyanyikan lagu-lagu Didi Kempot. Bahkan para penggemar lagu-lagu rock juga tergila-gila dengan lagu Didi Kempot.