Semua akibat mengejar waktu alias buru-buru. Bagaimana tidak buru-buru kalau usai berkegiatan di Jakarta, saya harus langsung meluncur ke Serpong untuk mengambil gelang sebagai salah satu aksesoris pelengkap syuting esok harinya.
Jarak Jakarta-Serpong tidak main-main. Saya tidak boleh kemalaman untuk menjaga stamina. Esok paginya saya harus meluncur ke lokasi syuting yang cukup jauh dari Tangerang.
Namanya di jalan. Sudah tidak bisa diprediksi kondisinya. Niat hati ingin tiba di rumah sebelum pukul 9 malam. Apa daya hujan deras di sana sampai pukul 10 malam baru reda. Alhasil pukul 12 malam saya baru tiba di rumah.
Baru bisa tidur pukul 3 dini hari. Karena merapikan perlengkapan yang akan dibawa syuting sambil mengurusi kaki yang bengkak. Pagi-pagi sudah bangun dan pukul 8 pagi sudah meluncur ke lokasi syuting. Syukurnya kaki yang terserempet motor sudah tidak terasa sakit lagi.
Sambil menguap berulang kali akibat kurang tidur. Saya mengendarai motor membelah kemacetan Jakarta. Kebetulan jadwal syuting saya hari kerja. Terbayang dong jalanan Jakarta di hari kerja?
Tapi saya enjoy saja. Menikmati perjalanan pagi itu. Karena sudah cukup lama juga saya tidak merasakan kemacetan Jakarta pagi hari. Sejak pandemi berhenti mengajar dan memilih full time blogger serta menulis saja. Jadi baru keluar rumah kalau ada event atau momen tertentu.
Ini salah satu alasan saya tidak ikut mobil yang menjemput para pemain. Saya ingin merasakan kemacetan Jakarta pagi hari. Selanjutnya diperjalanan saya bisa sambil menghapal dialog. Jujur saja saya belum hapal 100%.
Kok bisa?!!! Karena saya menerima naskahnya baru 5 hari dari jadwal syuting.
Kok bisaaa?!! Ceritanya panjang. Jadi begini. Ketika KOMiK mengumumkan akan open casting untuk film Ngidam, saya antusias sekali ingin ikut casting.
Pengin jadi pemain film ya? Mungkin ada yang berpendapat demikian. Jujur saja saya tidak tertarik untuk main film. Kenapa? Yang utama saya malas menghapal. Pusing harus menghapal dialog, apalagi yang panjang-panjang.
Jadi ikut casting lebih karena penasaran saja. Kayak mana sih suasana casting film itu? Begitu membaca syaratnya ada dialeg Betawi. Saya batal ikut. Ya, karena memang tidak menguasai bahasa Betawi. Bisanya lu gue saja.