Nah, kali ini sebagai penumpang. Sendirian pula. Rasanya campur aduk. Antara senang sekaligus bingung. Terutama saat boarding dan check in. Khawatir salah. Solusinya banyak bertanya pada petugas.
Begitu tiba waktunya untuk masuk ke dalam pesawat. Rasanya tak percaya.
"Weh, akhirnya gue merasakan naik pesawat juga kayak orang-orang."
Selama ini kalau melakukan perjalanan keluar kota lebih sering naik motor. Bus dan kereta api juga pernah. Tapi tak sesering dengan motor. Wong saya ke Surabaya saja motoran. Jadi kalau hanya ke Cirebon, Bandung dan sekitarnya ya untuk apa naik bus atau kereta. Jelas motoranlah.
Nah, untuk perjalanan ke Bukittinggi pilihannya hanya pesawat. Karena waktunya pun hanya 3 hari. Itulah dibalik kenapa akhirnya saya naik pesawat juga.
Begitu pesawat yang saya tumpangi mulai bergerak dan selanjutnya naik ke atas, saya sungguh takjub.
"Oh, begini toh rasanya take off atau lepas landas? Jantung sedikit berdesir."
Setelah ketinggian pesawat mulai berada di antara awan yang putih bersih dan langit yang berwarna biru. Saya tak putus menyebut kebesaran Tuhan. Akhirnya saya bisa melihat awan dari dekat.
Selama penerbangan dari Jakarta menuju Padang, saya tidak tidur. Melihat ke arah jendela saja. Mengagumi kebesaran Tuhan.
Inflight meal tidak diberikan untuk penerbangan kali ini. Inflight Entertainment System pun rasanya tak ada. Saya sih tak masalah. Sibuk mengagumi kebesaran Tuhan.
Pada saat pesawat mulai merapat dan akhirnya mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, saya pun masih tak lepas memuji-muji kebesaran Tuhan.