Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Raya Waisak dan Kenangan tentang Arti Sabar

16 Mei 2022   15:22 Diperbarui: 16 Mei 2022   15:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara Hari Raya Waisak, saya memiliki kenangan bersama seorang kawan yang beragama Budha. Darinya saya banyak belajar tentang arti sabar dan mengalah.

Padahal kami seusia. Sama-sama muda dan lekas emosi. Namanya juga anak putih abu-abu. Egonya masih tinggi. Tapi kawan saya ini beda. Sungguh, jika mengingat hal tersebut saya jadi malu 

"Kok bisa-bisanya dulu gue begitu ya?"

Jadi saya dan si kawan ini sering pulang bareng usai berlatih karate. Kami satu perguruan tapi beda sekolah. Masih sama-sama di Jakarta. Jalur yang kami lalui juga sama. Waktu itu masih zamannya naik metromini.

Bedanya si kawan turun duluan sedangkan saya masih lanjut sampai metromini tersebut masuk ke wilayah Tangerang. Karena tempat tinggal saya di Tangerang.

Nah, metromini itu kan terkenal banyak copet dan premannya. Saya paling tidak suka melihat preman petentang-petenteng menggoda penumpang perempuan yang naik. Emosi saya cepat tersulut dan ingin segera menegur para preman tersebut.

Apalagi saya merasa memiliki basic beladiri. Jadi tidak merasa gentar. Tapi si kawan tersebut yang selalu menahan aksi saya.

"Sudah jangan cari perkara. Toh yang digodain juga diam saja."

"Itu karena dia takut. Harusnya preman macam gitu dilawan biar tidak seenaknya. Aku enggak sabar melihat hal begitu di depan mata."

"Ya sudah jangan dilihat kalo gitu. Liatin aku aja."

Kalau sudah begitu si kawan yang jadi sasaran ocehan dan omelan saya. Terkadang dia menarik saya untuk turun di sembarang halte. Agar tidak berisik di dalam metromini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun