"Mangkuknya besok-besok saja," ujar pak tuo. Kemudian ia pun pamit.
Saya melongo memandangi isi mangkuk tersebut. Gulai nangka yang sedang saya inginkan.
"Siapa Mba tadi itu?" tanya adik saya.
"Itu, bapak depan rumah. Ngasih gulai nangka. Pas banget ya."
"Elo sih tadi kencang-kencang ngomongin gulai nangka. Denger kali si bapak. Terus bikin buat Elo."
"Ah, masa iya begitu?"
"Bisa aja," sahut adik saya sambil ngeloyor ke dalam.
Saya memandangi mangkuk di tangan masih dengan tatapan tak percaya. Kebetulan banget. Rezeki bulan Ramadan.
Pak Tuo adalah panggilan si bapak tua yang tinggalnya persis di depan rumah saya. Hanya dibatasi kebun kecil tempat si pak tuo beraktivitas.
Saya tidak tahu kenapa orang-orang tidak terlalu menyukainya. Saya baru beberapa bulan menempati rumah yang sekarang. Jadi belum paham karakter tetangga sekeliling.Â
Apa mungkin karena pak tuk ceriwis ya? Sebab ia memang akan bercerita tentang segala hal jika didekati.