Sejujurnya saat itu saya merasa agak gimana gitu. Membayangkan merangnya yang habis dibakar. Dalam bayangan saya kala itu, kita sama juga mandi air sampah dong. Tapi demi menghormati tradisi yang ada, saya pun berusaha abaikan perasaan tersebut. Apalagi tujuannya juga baik.Â
Usai keramas menggunakan merang, kami bergantian diguyur atau dibilas dengan menggunakan air pancuran. Seru sekali mengingat peristiwa tersebut. Peristiwa yang sempat saya jalani hingga usia dewasa.
"Kalau rumah kite deket sama sungai Cisadane, gue suruh lo pada mandi di sana, Neng," ujar Nyak-nya kawan saya.
Wah, saya bisa bayangkan keseruan mandi di sungai tersebut. Ternyata tradisi tersebut masih ada sampai sekarang. Dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Kecuali Ramadan tahun ini. Karena adanya Wabah Corona.
Tradisi ini menjadi kearifan lokal kota Tangerang yang terjaga kelestariannya sampai saat ini. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H