Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mandi Merang, Tradisi Menjelang Ramadan yang Membuat Tercengang

18 Mei 2020   10:09 Diperbarui: 18 Mei 2020   10:09 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Peribahasa yang menerangkan tentang adat kebiasaan suatu daerah yang berbeda-beda tersebut sangat saya rasakan ketika pertama kali hijrah ke Jakarta.

Sebagai remaja ABG yang sedang senang-senangnya bergaul. Maka di daerah yang baru dijajaki ini, saya pun bergaul dengan remaja dilingkungan sekitar yang kebanyakan masyarakat Betawi. 

Banyak hal-hal baru yang saya jumpai dalam pergaulan tersebut. Hal-hal yang menarik hati sekaligus mencengangkan. Mencengangkan? Iya. Sebab untuk pertama kalinya saya melakukan hal tersebut. Yakni mandi merang.Berawal dari kedekatan saya dengan seorang kawan dari keluarga Batawi. Hampir setiap hari saya diajaknya main ke rumah. Jadi sepulang sekolah atau setelah beres dengan pekerjaan rumah, saya mendatangi rumah si kawan ini yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah saya.

Berhubung hampir setiap hari main bersama, saya sudah dianggap keluarga oleh mereka. Sehingga sedikit banyak saya mulai mengenal bahkan terlibat dalam tradisi-tradisi adat Betawi yang mereka jalankan. Seperti mengadakan selamatan atau pengajian, dua hari sebelum bulan Ramadan. Tujuannya mengirim doa bagi orang tua atau sanak sedulur yang sudah meninggal.

Untuk acara ini mungkin tidak jauh beda dengan tradisi yang ada di Jawa. Kenduri, bapak biasa menyebutnya. Menjelang bulan Ramadan banyak undangan untuk menghadiri kenduri. Namanya anak-anak, saya paling senang kalau bapak banyak mendapat undangan kenduri. Artinya besek yang bapak bawa jadi banyak. 

Dalam hal ini saya tidak terlalu asing lagi jika kemudian menemukan acara serupa dalam masyarakat Betawi. Namun ada satu tradisi yang membuat saya tercengang. Yaitu mandi merang.

"Besok sore elu ke sini Neng. Jangan lupa bawa baju untuk ganti."

"Untuk apaan bawa baju ganti, Nyak?" Kata saya tak mengerti.

"Lha, bocah. Die kagak tahu. Besok itu wayahnya mandi merang. Pan besoknya mau puasa. Jadi kita kudu mandi keramas pakai merang. Biar bersih jiwa dan raga kita pas puasa nanti."

Saya yang belum pernah merasakan mandi merang tentu penasaran. Setelah minta ijin orang tua dan diperbolehkan. Maka saya datang ke rumah si kawan tersebut. Saya, si kawan dan beberapa perempuan muda lain berkumpul di belakang. Tepatnya di dekat pancuran dari bambu.

Hanya dengan mengenakan kemben, kami diberi wadah berisi air berwarna kehitaman. Itulah air merang yang sudah disaring. Air itu akan kami gunakan untuk mandi keramas. Setelah siap, kami mandi dan keramas bersama menggunakan air merang tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun