"Ini memang salahku. Saat semua penghuni hutan sibuk bekerja, aku malah bermalas-malasan. Bahkan tidur dengan nyenyaknya."
"Itu akibat kamu kekenyangan jadinya mengantuk. Apa kamu tidak memikirkan nasib anak-anakmu? Bagaimana kalau mereka merasa lapar malam nanti. Apa yang akan kamu berikan pada mereka, Kuk?"
"Aku tidak mengerami mereka. Aku letakkan telur-telurku di sarang lain. Jadi aku tetap sendiri. Mencari makan untuk diri sendiri."
"Ya ampun Kukuk. Tega sekali dirimu. Tidak mau repot-repot mengerami bakal anak-anakmu. Orang tua macam apa kamu ini," hardik Tutu.
Kukuk terdiam. Ia menunduk dengan raut sedih.
"Iya. Aku salah. Aku terlalu egois. Aku menyesal sekali, Tu," sahut Kukuk dengan nada menyesal.
"Maaf, aku tidak bisa membantumu. Makanan kita berbeda."
"Tidak apa-apa. Terima kasih atas nasihatmu. Aku akan mencari makan mumpung belum hujan," kata Kukuk.
Si Kukuk pun segera terbang untuk mencari makanan.
"Hati-hati, Kukuk," teriak Tutu.
Penghuni hutan terkejut mendengar teriakkan Tutu. Mereka menjembulkan kepalanya ingin tahu apa yang terjadi sehingga Tutu berteriak sedemikian keras.