Hal yang sangat ditonjolkan oleh si pengarang mengenai status sosial adalah ketika adat Buton mengenai upacara pasuo bagi semua perempuan yang sudah dewasa sebagai salah satu cara untuk menguji keperawanan. Tetapi dilihat dari latar kehidupan ayahnya Johra yaitu Maulidun yang bekerja sebagai pawang gendang dan dianggap orang pintar dapat digolongkan dalam status sosial yang tinggi.
- Sikap Hidup Tokoh Cerita
 Seperti sinopsis yang dipaparkan di atas, La Runduma menceritakan tentang adat perempuan secara umum dalam masyarakat kultural di Buton. Selain itu peranan peranan perempuan dalam budaya Buton mengenai status kedewasaan dan keperawanan sangat diartikan sebagai hal terpenting untuk orang-orang Buton, sehingga upacara pasuo yang diadakan di Buton menuntut kaum perempuan untuk mengikutinya.
Dengan demikian seperti tokoh Johra dan Riwa yang hanya bisa mengikuti dan meng'iya'kan saja ketika upacara itu akan berlangsung. Namun, di saat upacara pasuo dan gendangnya pecah yang menandakan ada ketidakperawanan salah satu perempuan, Johra dengan tegasnya mengatakan bahwa dia masih perawan.Â
Dengan segala keberaniannya, La Runduma membawa lari Johra di saat upacara pasuo sedang berlangsung karena ayahnya Johra tidak merestui hubungan cinta di antara mereka. Alasannya, bahwa La Runduma tidak memiliki pekerjaan dan Johra akan dinikahkan dengan laki-laki lain yag sederajat. La Runduma sendiri telah melakukan kesalahan ketika dia mencintai Johra, ternyata dia juga menjalin hubungan dengan Riwa seorang teman pasuo Johra.
Ada salah satu sikap tokoh yang  membuat cerita ini menarik yaitu di saat Maulidun melakukan upacara sebagai pawang gendang dan gendang yang ditabuhnya pecah, dia menganggap bahwa perempuan yang tidak perawan lagi adalah anaknya sendiri Johra karena Johra di hari terakhir melarikan diri bersama La Runduma. Maulidun yang bekerja sebagai pawang gendang tidak berempati pada anaknya sendiri dengan kesalahan yang dilakukan oleh Johra. Bahkan Maulidun bersikap tidak menyetujui atas hubungan Johra dengan La Runduma.
- Peristiwa-Peristiwa yang Diceritakan
Terdapat beberapa peristiwa yang ditampilkan pengarang dalam cerita tersebut. Yang pastinya cerpen tersebut lebih menonjolkan peristiwa mengenai budaya Buton yaitu upacara pasuo yang dilakukan bagi perempuan yang akan beranjak dewasa sebagai pengujian keperawanan mereka.
"Semua orang Buton percaya, termasuk aku, putri Buton sejati., bahwa pasuo adalah ritual bagi anak gadis untuk menjadikannya wanita dewasa dan mampu mengurus rumah tangga ...sungguh suatu adegan pingitan yang aneh dan aku melakukannya karena ayah (La Runduma, 1) "
Pada hari terakhir upacara pasuo, Johra dan La Runduma melarikan diri sebagai tanda cinta mereka yang akan melakukan kawin lari.
"Johra, aku cinta padamu. Suatu malam di akhir posuo kan kularikan engkau bagai pengantin baru. (La Runduma, 6)"
Dengan demikian ketika gendang yang ditabuh Maulidun pecah, dia menganggap bahwa perempuan yang tidak perawan lagi adalah anaknya sendiri yang melarikan diri dengan La Runduma.
"Ya, ada satu gadis yang tidak perawan. Gendangnya pecah berkali-kali."Â