Pendahuluan
Sebuah realitas yang yang dikemas dalam cerpen "La Runduma" merupakan salah satu aspek sosiobudaya di negeri ini khusunya masyarakat Buton. Cerpen yang mengangkat upacara Posuo. Posuo adalah upacara adat Buton, Sulawesi Tenggara, yaitu proses peralihan status individu wanita dari gadis remaja (labuabua) ke status gadis dewasa. Beberapa istilah yang ada dalam upacara adat Buton juga dipakai dalam cerpen ini sebagai penguat lokalitas sastranya.
Cerpen "La Runduma" kaya akan muatan lokal yang kental dengan tradisi Buton. Selain itu juga, cerpen "La Runduma" berhasil memenangkan juara pertama Sayembara Menulis Cerpen Tingkat Nasional 2005. Oleh  karena itu, cerpen itu menarik untuk dibahas.
Pendekatan sosiologi adalah sebuah pendekatan untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang ada antara sastra dengan lingkungannya (terkait dengan budaya yang ada dalam masyarakat yang terdapat dalam realitas kehidupan). Oleh karena itu, Â penulis mencoba mengkaji cerpen ini melalui pendekatan sosiologi sastra.
Sekilas tentang Pendekatan Sosiologi SastraÂ
 Teori sosiologi sastra digunakan untuk menganalisis hubungan wilayah budaya pengarang dengan karyanya, hubungan karya sastra dengan wilayah kelompok sosial, hubungan antara selera masa dan kualitas suatu cipta sastra serta hubungan antara gejala sosial yang timbul di sekitar pengarang dengan karyanya. Sosilogi sastra dapat meneliti sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif. Pertama, perspektif teks sastra. Kedua, perspektif biografis. Ketiga, perspektif reflektif.
Sosiologi sastra merupakan disiplin yang terdiri dari sejumlah studi-studi empiris yang semuanya berurusan dengan sastra dengan masyarakat. Pendekatan ini berguna untuk melihat sastra sebagai cermin masyarakat sebab kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Hal ini dikarenakan karya sastra berhasil yaitu mampu merefleksikan zamannya (Faruk, 1994:3) Perspektif pendekatan dan penelitian sosiologi sastra ini juga sama halnya dengan teori beberapa tokoh-tokoh seperti Alan Swingewood, Ian Watt, R. H. Abrams, serta Rene Wellek dan Austin Warren.
 Ada tiga pendekatan menurut Alan Swingewood dalam sosiologi sastra, yaitu : (1) pendekatan yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosio budaya. (2) Pendekatan yang memandang kedudukan sosial pengarang, dan (3) pendekatan yang menekankan pada resepsi masyarakat terhadap karya sastra.
 Ian Watt (1964) dalam esainya yang berjudul Literature and Society membicarakan konteks hubungan sosial sastrawan, fungsi sosial sastra, dan sastra sebagai cerminan masyarakatnya. Dalam kontek sosial pengarang tentu ada hubungan antara posisi sosial pengarang dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam sastra itu sendiri menilai sejauh mana sastra dapat dianggap sebagai cerminan masyarakat. Sedangkan dalam fungsi sosial sastra melihat sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial.
 Rene Wellek dan Austin Warren membuat klasifikasi: (1) sosiologi pengarang, yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan segala yang menyangkut pengarang sebagai pencipta sastra. (2) sosiologi karya sastra, yang bertitik tolak dari dalam karya sastra itu sendiri, menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastradan apa yang menjadi tujuannya serta (3) sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
 Abram (1978) berendapat bahwa ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra, yaitu: (1) pendekatan mimesis, melihat sastra sebagai ceminan kenyataan, (2) pendekatan ekpresif, melihat sastra dalam hubungannya dengan pengarangnya, (3) Pendekatan Pragmatis, kaitan pembaca atau penikmat sastra terhadap suatu karya sastra.