Tokoh Johra mempertanyakan arti sebuah keperawan kepada Tuhan dan laki-laki.
5.
Termasuk pengarang perempuan yang membicarakan tentang ketertindasan atau objektisasi perempuan oleh laki-laki (feminis).
Dalam cerita memperlihatkan kungkungan budaya, bahwa seorang gadis harus mengikuti posuo. upacara yang menguji keperawanan wanita. Tetapi tidak untuk menguji keperjakaan laki-laki.
Tak dapat disangkal, La Runduma hadir dalam bentuk cerpen sebagai resepsi pula bagi penulisnya secara tidak langsung, di alam bawah sadarnya. Dan keseluruhannya merupakan perpaduan antara tekanan atau pengalaman hidup pengarangnya secara psikologis maupun secara sosial. Beberapa persamaan psikologis pengarang di atas melatari tokoh-tokoh dalam cerpennya. Pemberontakan terhadap adat, pembangkangan terhadap kultur, dan kekeraskepalaan tokoh-tokoh perempuannya terhadap cinta, pemikiran, dan kehidupan yang kian lama kian modern.
Sosiologi Karya Sastra sebagai Cerminan MasyarakatÂ
Sebuah Tinjauan Sosiologis --Mimesis
- Nama-Nama Tokoh Cerita
Nama tokoh-tokoh dalam cepen ini merupakan saduran dari kehidupan nyata sang pengarang. Kemungkinan besar yang melatarbelakangi pengambilan nama tokoh adalah latar belakang si pengarang yang berasal dari Buton, sehingga nama tokoh cerita tersebut banyak terpengaruh dari kekentalan budaya tersebut.
Seperti halnya tokoh La Runduma adalah nama sahabat dari alm ayah si pengarang yaitu La Ode Abu Bakar Sjiddieq yang benar-benar asli dari Buton. Â Begitu pula dengan nama tokoh utama yang ditampilkan si pengarang yaitu Johra, dia adalah salah satu perempuan dari keturunan Buton dengan berbagai adat harus dilakukan dan tunduk seperti upacara pasuo itu sendiri. Pengarang juga meletakan nama kakaknya sendiri sebagai nama tokoh cerita yaitu Endah.
Dengan demikian sangat jelaslah bahwa nama-nama tokoh cerita yang bermunculan dalam cepen tersebut adalah suatu nama yang sangat dekat dengan kehidupan si pengarang. Seperti apa yang dikatakan si pengarang bahwa  dia menginginkan suatu identitas mengenai dirinya sendiri yang terbebani oleh budaya dari namanya sendiri.
- Status Sosial Tokoh Cerita
Tokoh La Runduma jika dikaitkan dengan kehidupan budaya Buton bahwa kata 'La' merupakan gelar kebangsawan kesultanan Buton untuk memanggil anak laki-laki. Namun, ketika La Runduma digambarkan sebagai orang yang memiliki pekerjaan serabutan bisa dianggap memiliki status sosial dari golongan bawah. Hanya saja dalam cerpen tersebut tidak begitu dimunculkan perbedaan status sosial dari tokoh-tokoh ceritanya sehingga antara kehidupan bangsawan dengan orang-orang biasa tidak digambarkan secara jelas status apa yang disandang oleh para tokoh tersebut.Â