Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tak Ada Pilihan

13 November 2021   08:42 Diperbarui: 13 November 2021   08:45 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Bagaimana mungkin Bapak dan ibu dapat memberikan uang tersebut dalam jangka waktu tiga minggu. Hasil penjualan pisang Bapak hari ini saja tidak begitu laku, dan hasil penjualan nasi uduk ibu pun tak begitu banyak. Keuntungannya hanya untuk kebutuhan lainnya seperti membayar listrik yang setiap lima bulan di tahun ini terus meningkat, membayar sewa kontrak, membeli air bersih, membayar utang yang masih menunggak di warung sayuran mpok Ijah, dan selebihnya untuk modal dagangan Bapak dan ibu esok hari. 

Hari ini saja kami hanya makan dengan kangkung dan beberapa potong tempe. Aku tidak tahu harus ke mana lagi aku mencari uang untuk menambahkan biaya sekolahku. Aku tak ingin putus sekolah, karena hanya inilah kesempatanku yang terakhir untuk bisa sekolah. Aku harus memiliki ijazah, tak peduli meskipun hanya ijazah sekolah dasar. Dengan adanya ijazah itu setidaknya aku dapat berbangga di kemudian hari dan menunjukkan kepada anakku kalau aku pun pernah bersekolah, ya meskipun hanya dengan nilai pas-pasan, tapi setidaknya aku punya bukti untuk berbangga...

***

Suara gesekkan roda kereta di relnya meramaikan suasana stasiun dan hilir mudiknya pedagang segala jenis rupa di dalam kereta, meramaikan kehidupan masyarakat yang ada di perkotaan, seperti kota Bekasi ini. Di stasiun ini aku akan mencoba mencari sedikit penghasilan ya setidaknya dapat membantu Bapak dan Ibu untuk melunasi kebutuhan sekolahku.

"Roe, lo boleh ikut gue kerja di kreta, tapi ada syaratnya penghasilan lo dan gue hari ini sebagian harus diberikan kepada Bang Hurlang. Dia orang yang disegani di stasiun ini. kalau lo setuju dengan syarat itu lo bisa kerja hari ini" kata Kentu menjelaskan

"Ya, ga papalah yang penting gue dapat uang, meskipun hanya sedikit setidaknya gue udah berusaha membantu Bapak dan Ibu gue untuk membayar iuran sekolah."

***

Kentu adalah teman SDku. Usia kami sama, bahkan kami pernah satu bangku bersama. Ia berhenti sekolah karena ia harus membantu Ibunya, Ayahnya meninggal saat ia duduk di bangku kelas empat, karena keluarganya tak sanggup untuk membayar iuran sekolah, membeli buku sekolah yang setiap akhir semester berganti dan hal-hal lainnya.

Setelah ia berhenti sekolah ia menghidupi adik-adiknya yang masih kecil, dan membantu menambah keperluan keluarganya. Kentu adalah seorang laki-laki yang tegar dan kuat. Ia tak peduli hujan ataupun tidak, ia akan terus bekerja sampai sore, semuanya itu ia lakukan untuk dapat melanjutkan kehidupan mereka sekeluarga.

"Bang ini Heru, teman saya, dia mau kerja dalam beberapa hari... boleh ya Bang!!!" Kata Kentu seraya memperkenalkanku kepada Bang Hurlang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun