Amanat adalah sebuah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam suatu karya sastra. Cara penyampainnya pun berbeda-beda, ada yang tersirat maupun tersurat. Biasanya pengarang menyampaikannya melalui bagaimana penyelesaian dari cerita tersebut. Penyelesaian dari sebuah cerita ada yang positif dan ada yang negative. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implicit ataupun secar eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran moral itu disiratkan di dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1986: 57).
Amanat yang disampaikan oleh pengarang di dalam cerita Dangol Halungunan antara lain, kesetiaan tidak seharusnya selalu diutamakan karena kesetiaan terhadap orang yang memiliki strata lebih tinggi dapat menjadikan kita sebagai orang bodoh. Tanpa disadari kita dinjak-injak dan selalu menerima tanpa dapat mengembangkan diri. Kita akan terlihat seperti orang bodoh yang hanya bertindak dan berjuang untuk kepentingan sepihak dalam hal ini keluarga kerajaan.
Dari segi moral, pengarang melukiskan tentang penyakit manusia yang tidak mau disaingi dan mau menang sendiri. Ini terlihat dari adanya sifat iri dan dengki yang ditunjukkan oleh empat pembantu kerajaan terhadap Dangol Halungunan oleh karena dia dekat dan dipercaya oleh raja.
...Keempat pembantu raja itu adalah orang yang mau bersilat lidah, tetapi merasa iri dan dengki kepada Dangol Halungunan. Kedengkian itu didasarkan pada keirian mereka pada keahlian Dangol yang tidak dapat mereka tandingi... (hal 37)
Di sisi lain pengarang juga menggambarkan bahwa kehendak Yang Kuasa adalah mutlak. Apapun yang telah direncanakan tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kita sebagai makhluk Tuhan hanya dapat berusaha dan berdoa, segala keputusan dan yang mengatur segalanya adalah kehendak-Nya. Buruknya menggunakan guna-guna pekasih untuk mengikat sepasang manusia tidaklah benar, karena itu awal dari sebuah kemusyrikan. Karena mereka berpikir bahwa segalanya dapat direncanakan dengan lancar. Mereka tak pernah berpikir bahwa di atas semua itu ada yang mengatur segalanya, yaitu kekuasaan Tuhan.
...Air itu hendak diminumkan kepada Raja Tgor Laut dan Nan Sillak Mata Ni Ari ketika mereka berdua makan bersama. Air tersebut adalah air pekasih sehingga cinta Raja Tagor  Laut dan Nan Sillak Mata Ni Ari kekal selamanya. (hal 43)
Sudut Pandang Cerita
Dilihat dari sudut pandang cerita, pengarang pada cerita Dangol Halungunan  menggunakan sudut pandang orang ketiga, yang mengacu pada tokoh-tokoh dalam cerita seperti tokoh dia dan ia. Tokoh dalam cerita itu menggambarkan ada pihak lain yang sedang menceritakannya. Di sini kita lihat pengarang dengan jelasnya menceritakan tentang Dangol Halungunan atau tokoh-tokoh lainnya sebagai orang yang tidak ada dihadapannya melainkan orang lain yang sedang ia ceritakan.
Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Helwig, Tineke. 2003. In The Shadow Of Change. Jakarta: Desantara.