Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: ADIOS - Sang Pemenang

24 Oktober 2021   21:48 Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:21 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cuaca yang panas, menyengat pikiran dan fisikku. Di luar negeri yang sedang musim panas telah sedikit menganggu keberadaanku. Hari itu akhirnya tiba, aku pun mulai berpetualang dengan soal-soal matematika yang ruwet dan butuh pikiran yang tenang. Aku tidak lupa sebelum memulai mengerjakan soal-soalnya untuk berdoa pada Tuhan agar memberikan kemudahan padaku.

Waktu yang aku tunggu sudah tiba juga. Pengumuman pemenang untuk tahun ini dalam olimpiade matematika. Berdebar jantungku. Pucat raut mukaku. Dan terpejam mataku dan mata hatiku untuk mendengarkan hasilnya. Sebuah nama terdengar dari seorang juri di depan peserta dan penonton untuk juara pertama. YOGA AJI PRATAMA dengan logat bahasa Inggris namaku dibacakan dan diumumkan sebagai juara pertama. Akupun mengalami guncangan kebahagiaan yang luar biasa. Aku tidak ingin kebahagiaan ini dirasakan sendiri. Dan aku menghubungi Vandi.

***

Di sekolah SMA BAKTI INTERNASIONAL menggelegar namaku diumumkan oleh seorang guru memakai pengeras suara. Sorak-sorai mengiringi hari-hari ini dari beribu siswa-siswi sekolahku. Mereka membicarakan diriku. Memuji-muji diriku. Dan sebuah pesta diadakan oleh sekolah untuk menyambut kedatanganku. Begitu bahagianya aku dengan keadaan seperti ini. Akan tetapi, kebahagiaanku tidak sempurna karena tidak ada orang tuaku di sampingku saat ini. Tetapi sedikit terobati dengan adanya telepon dari ibuku.

***

"Pa, anak kita menang lagi di kejuaraan itu." Laporan ibu pada ayah.

"Apa gunanya? Apa akan memajukan perusahaan kita?" ucap ayah dengan ketus.

"Tapi pa, mama tidak ingin kehilangan anak kita yang kedua kalinya. Berilah kesempatan untuk Yoga. Biar dia bebas memilih jalan hidupnya."

"Mama sekarang melawan papa? Papa tidak butuh anak itu, Papa masih bisa mengurusi perusahaan sendiri."

Sepertinya pertengkaran sedang berlangsung di rumahku. Karena untuk sat ini orang tuaku sedang berada di rumah. Entah ada angin apa mereka bisa bersama-sama berada di rumah dalam waktu yang sama. Ujung dari pertengkaran itu adalah ibu meminta cerai pada ayah. Ibu sudah meneleponku dan mengatakan kalau aku harus kembali ke rumah. Ibu juga menceritakan kalau dia akan bercerai dengan ayah. Tapi aku tidak menyetujuinya.

"Yoga harap mama memikirkannya lagi, beri kesempatan untuk ayah." Kataku yang sok bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun