"Sudah, nanti aku bisa terbang. Sekarang aku mau ke kamar mandi dulu." Meninggalkan mereka berdua dalam keharuan.
***
Untuk melangkah menuju hari ini di rumah yang baru. Aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Vandi dengan kemeja putih dan celana abu-abunya yang sudah rapi menungguku sambil memakai sepatu. Dengan berbekal harapan aku akan menuju sekolah untuk berpamitan pada guru-guru karena aku harus mengikuti training untuk olimpade matematika. Tetapi sebelumnya aku sudah mempersiapkan satu tas pakaian untuk hidup selama dua minggu di Pusat Pembelajaran Matematika.
"Awas ada yang ketinggalan! Nanti di sana jangan meninggalkan ibadah. Tetap berdoa, kalau ada apa-apa telapon aku atau Zaky." Ucap Vandi dengan raut kekeluargaan.
Aku merasa terharu, apalagi ditambah dengan perhatian dari ibunya Vandi akan menambah kebahagiaan yang sangat besar untuk hidupku. Sehingga aku berpikir, apa bisa orangtuaku seperti keluarga Vandi. HP-ku berbunyi menyadarkanku dari lamunan yang hanya sebentar. Aku lihat namanya dari ibu.
"Yoga kamu ada di mana? Maafkan mama karena tidak bisa membantu kamu. Sekarang kamu jaga diri baik-baik." Ucap terakhir dari ibu.
Ibu. Untuk kali ini aku tidak menyalahkanmu. Sepertinya ibu sudah mulai takut kehilangan anak keduanya. Perhatian ibu untuk saat ini sangat dibutuhkan olehku. Aku tahu ibu akan selalu menyayangiku dan selama ini ibu melakukan hal seperti ini mungkin sudah terhegemoni oleh lingkungan atau dari ayah sendiri. Seorang ibu akan tetap menyayangi anaknya meski dia tidak menyadarinya.
"Telepon dari siapa? Ibumu?" Tanya Vandi.
"Iya. Sepertinya mama sudah mulai luluh hatinya karena selama ini mama tidak pernah berucap seperti ini dan perhatian seperti ini." Jawabku.
"Ayahmu pun suatu saat akan menyadarinya. Itu Zaky sudah datang."
Aku dan Vandi lekas ke uar rumah dan masuk ke mobil starlet biru. Hari ini aku memulai kehidupan baru. Seperti suasana yang baru mulai dari rumah Vandi dan sebentar lagi di Pusat Pembelajaran Matematika alias PPM. Setelah sesampainya di sekolah aku langsung menemui guru-guru untuk berpamitan. Banyak doa yang terlontar dari mulut mereka menyimpan asa untuk kesuksesanku.