Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sastra Lisan Sunda: Antara Ada dan Tiada

1 Oktober 2021   09:42 Diperbarui: 1 Oktober 2021   09:56 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ceritera-ceritera wayang kebanyakan berasal dari epos Ramayana dan Mahabrata, tetapi sekarang sudah banyak sekali variasi karangan dari dalang sendiri. 

Wayang di Sunda lebih merupakan hiburan, dan orang yang menyaksikannya biasanya tidak terlalu tertarik oleh lakonnya, melainkan oleh keterampilan sang dalang untuk memainkan wayangnya, atau lebih tertarik oleh nyanyian-nyanyian sindennya. 

Walupun kebanyakan orang Sunda beragama Islam, mereka memberikan kepada pertunjukkan wayang itu suatu tempat tertentu dalam kebudayaan, karena di dalamnya terdapat berbagai unsure kesenian ialah seni sastra, seni tembang, dan gamelan.

Wawacan

 Ceritera wawacan dalam bahasa Sunda banyak diambil dari ceritera-ceritera Islam. Dahulu wawacan itu sering dinyanyikan, dan ini disebut beluk. 

Biasanya orang membacakan satu kalimat dari wawacan itu yang berbentuk puisi tembang dari Jawa, dan seorang yang lain menyanyikannya. 

Orang yang membaca dan menyanyi duduk di tikar di bawah atau tidur-tiduran, demikian pula yang mendengarkannya. 

Beluk itu biasanya diperdengarkan sambil menunggui orang yang melahirkan. Lamanya hamper semalam suntuk. Sekarang sudah jarang orang mendengarkan beluk.

Wawacan yaitu sosok ceritera yang tertuang dalam bait-bait, dengan segala ikatan dan aturannya, yang disebut "dang ding" yang dapat dialunkan dalam lagu. 

Banyak wawacan yang tertulis dalam huruf Arab, banyak pula yang tertulis dalm huruf latin. Kesempatan mempergelarkannya biasanya dalam acara-acara tertentu, seperti selamatan/kenduri, selamatan kelahirana anak, dan lain-lain. 

Dari seluruh khasanah wawacan Sunda, kita kenal antara lain; Wawacan Ranggawulung, Wawacan Suriakanta, Wawacan Amir Hamzah, Wawacan Danumaya, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun