Mohon tunggu...
DENI HARYADI
DENI HARYADI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi

NIM : 55522120022 | Program Studi : Magister Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi Perpajakan | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuis15_ Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram: Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

8 Juli 2024   11:16 Diperbarui: 8 Juli 2024   11:21 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ki Ageng Suryomentaram (20 Mei 1892 -- 18 Maret 1962) merupakan putra ke-55 dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI. Ki Ageng Suryomentaram mempunyai gelar bangsawan Bendoro Raden Mas (BRM) Kudiarmadji dan saat usia 18 tahun diberikan gelar kebangsawanan Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Suryomentaram. 

Ki Ageng Suryomentaram adalah guru dari suatu aliran kebatinan yang bernama Kawruh Begja atau Ilmu Begja yang memiliki arti ilmu bahagia. Salah satu ajaran moral dari Ilmu Begja yang sangat terkenal pada masa itu adalah Aja Dumeh yang memiliki makna jangan menyombongkan diri, jangan membusungkan dada, jangan mengecilkan orang lain karena diri sendiri lebih berpangkat tinggi, berkuasa atau kaya raya, sebab manusia itu pada hakikatnya adalah sama.

Generasi muda zaman saat ini lebih mengetahui tokoh filsafat Barat seperti Plato, Aristoteles, Socrates, Rene Descartes dan tokoh filsafat Timur seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Kindi dan lain-lain. Mereka tidak mengetahui bahwa Indonesia juga mempunyai banyak tokoh filsuf khususnya tanah Jawa, salah satunya adalah Ki Ageng Suryomentaram.

Pemikiran dan Ajaran Ki Ageng Suryomentaram

Suryomentaram diketahui sebagai ahli ilmu jiwa dan filsuf, pemikiran-pemikian yang diajarkan berdasarkan pada filosofi Jawa dan kearifan leluhur. Ajarannya mengacu kepada hasil kontemplasinya selama bertahu-tahun lamanya dan dipraktikkan langsung di kesehariannya.

Hasil dari renungan dan pengalaman empirisnya, beliau tulis kedalam beberapa karyanya yaitu Kawruh Beja, Aku Iki Wong apa, Pangawikan Pribadi, Kawruh Rasa, Kawruh Jiwa, Piageming Gesang, Kawruh Pamomong, dan Jimat Perang.

Kumpulan-kumpulan karya Ki Ageng Suryomentaram kemudian dikumpulkan oleh putranya Grangsan Suryomentaram dan diberikan judul Kawruh Jiwa. Buku ini terdapat empat jilid dan diterbitkan 28 tahun setelah Ki Ageng Suryomentaram meninggal duniaa. Singkatnya Kawruh Jiwa adalah ilmu pengetahuan tentang rasa.

Suryomentaram menyebutkan Kawruh Jiwa bukanlah sebuah pelajaran mengenai baik dan buruk dalam melakukan sesuatu. melainkan, Kawruh Jiwa merupakan ilmu yang bermanfaat untuk melihat, memahami, dan mengerti mengenai jiwa dan segala sifat yang ada pada diri manusia.

Bisa disebutkan satu ajarannya yaitu bungah-susah (bahagia-susah). Suryomentaram menyebutkan setiap manusia akan melalui rasa senang dan susah. walaupun keadaan senang bersifat sementara dan selanjutkan akan kembali merasakan kesusahan. Rasa manusia bersifat tidak abadi. Perubahan rasa itu disebut sebagai mulur (rasa senang) dan munkret (rasa susah).

Manusia merasa senang apabila keinginannya selalu tercapai. Ketika keinginannya tercapai maka ia selalu menginginkan hal lain. Manusia selalu mempunyai keinginan-keinginan yang lain untuk selalu membuat dirinya senang sendiri.

Adapun munkret adalah rasa sedih dan kecewa serta marah ketika keinginan manusia selalu tidak tercapai. Munkret memiliki dua makna. Pertama, menurunkan rasa keinginan dari yang tinggi ke yang rendah saat keinginanya tidak tercapai. Kedua, mengalami rasa susah karena keinginannya tidak tercapai.

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Hubungan antara Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram (NemSA= 6-SA) dalam konteks Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

Kebatinan, sebagai bagian dari tradisi spiritual dan budaya Indonesia, memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satu tokoh kebatinan yang menonjol adalah Ki Ageng Suryomentaram. Beliau dikenal tidak hanya sebagai seorang penganut kebatinan yang mendalam, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang mampu menginspirasi banyak orang untuk memahami dan memimpin diri sendiri. 

Artikel ini akan membahas bagaimana kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dapat dihubungkan dengan transformasi audit pajak dan konsep memimpin diri sendiri.

Filosofi Nemsa dari Ki Ageng Suryomentaram adalah konsep yang mendalam dan kaya akan makna, yang mengajarkan cara hidup yang seimbang, bijaksana, dan penuh kesadaran. "Nemsa" adalah singkatan dari "enem sa" atau "enam sa", yang terdiri dari enam prinsip dasar yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasan tentang keenam prinsip tersebut:

 1. Sakepenake (Senyamannya)

Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan perasaan nyaman dan tanpa paksaan. Hidup seharusnya dijalani dengan cara yang membuat diri merasa nyaman, baik secara fisik maupun mental. Ini bukan berarti hidup dalam kemalasan, tetapi lebih kepada menjalani kehidupan dengan cara yang tidak menimbulkan stres berlebihan atau tekanan yang tidak perlu.

 2. Sabutuhe (Sebutuhnya)

Sabutuhe berarti hidup sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Prinsip ini mengajarkan pentingnya membedakan antara apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan. Dengan fokus pada kebutuhan, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan tidak terjebak dalam konsumsi berlebihan. Hal ini membantu menghindari pemborosan sumber daya dan hidup yang lebih berkelanjutan.

 3. Saperlune (Seperlunya)

Saperlune mengajarkan untuk melakukan sesuatu hanya sejauh yang diperlukan. Ini berarti tidak berlebihan dalam bertindak atau mengambil sesuatu. Prinsip ini mendorong kita untuk lebih efisien dan efektif dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam pekerjaan, penggunaan waktu, atau dalam interaksi sosial. Dengan kata lain, bertindak secukupnya dan tidak berlebihan.

 4. Sacukupe (Secukupnya)

Sacukupe berarti menerima dan merasa cukup dengan apa yang ada. Prinsip ini mengajarkan pentingnya rasa syukur dan puas dengan apa yang dimiliki. Ini bukan berarti tidak berusaha untuk lebih baik, tetapi lebih kepada tidak serakah dan tidak terus-menerus mengejar sesuatu yang tidak pernah cukup. Dengan merasa cukup, kita dapat menemukan kedamaian batin dan kebahagiaan sejati.

 5. Samesthine (Semestinya)

Samesthine mengajarkan untuk bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya atau sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pentingnya menjalani hidup dengan cara yang sesuai dengan hukum, adat, dan etika yang ada dalam masyarakat. Ini membantu menjaga harmoni dan keadilan dalam kehidupan sosial.

 6. Sabenere (Sebenarnya)

Sabenere berarti hidup dengan kejujuran dan keaslian. Prinsip ini mengajarkan untuk selalu berkata dan bertindak jujur, serta hidup sesuai dengan kebenaran. Kejujuran tidak hanya penting dalam hubungan dengan orang lain tetapi juga dalam hubungan dengan diri sendiri. Dengan hidup secara jujur, kita membangun integritas dan kepercayaan, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain.

Filosofi Nemsa yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram memberikan panduan hidup yang sangat relevan dalam mencapai keseimbangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Enam prinsip ini mendorong kita untuk hidup dengan lebih sadar, bijaksana, dan harmonis, baik dengan diri sendiri maupun dengan lingkungan sekitar. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan berkualitas.

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

 Mulur, Mungket: Ajaran Ki Ageng Suryomentaram terhadap Transformasi Audit Pajak

Ki Ageng Suryomentaram adalah salah satu tokoh kebatinan yang sangat dihormati di Indonesia. Ajaran-ajaran beliau banyak berfokus pada pemahaman diri dan keseimbangan hidup. Salah satu konsep kebatinan yang diajarkannya adalah "mulur" dan "mungket". Konsep ini dapat diadaptasi dalam berbagai aspek kehidupan modern, termasuk dalam konteks transformasi audit pajak. Berikut adalah penjelasan mengenai konsep "mulur" dan "mungket" serta bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam transformasi audit pajak.

 Konsep Mulur dan Mungket : Mulur dan mungket adalah dua konsep yang menggambarkan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam kehidupan.

Mulur berarti meluas atau mengembang, menunjukkan fleksibilitas, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah, dan keterbukaan terhadap perubahan.

Mungket berarti mengecil atau menyempit, menunjukkan ketegasan, fokus, dan kemampuan untuk menyaring atau menyempitkan perhatian pada hal-hal yang penting.

Penerapan dalam Transformasi Audit Pajak: Transformasi audit pajak mencakup penerapan teknologi, perubahan prosedur, dan peningkatan efisiensi dalam proses audit. Konsep mulur dan mungket dapat membantu dalam mengarahkan transformasi ini untuk mencapai hasil yang lebih baik.

 Mulur (Fleksibilitas dan Adaptabilitas)

1. Penggunaan Teknologi Baru: Dalam proses transformasi, penggunaan teknologi canggih seperti analitik data, alat dan database diperbaharui, dan blockchain merupakan bentuk dari mulur. Teknologi ini memungkinkan sistem audit pajak untuk meluas dan mencakup lebih banyak data serta analisis yang lebih mendalam.

 2. Penyesuaian Prosedur: Prosedur audit pajak harus fleksibel untuk menyesuaikan dengan perubahan regulasi dan perkembangan ekonomi. Misalnya, selama pandemi COVID-19, banyak otoritas pajak yang menyesuaikan prosedur audit mereka untuk memberikan kelonggaran bagi wajib pajak yang terdampak.

3. Peningkatan Keterampilan Auditor: Auditor harus terus-menerus meningkatkan keterampilan mereka untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan metode audit terbaru. Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan adalah bentuk dari penerapan mulur.

 Mungket (Ketegasan dan Fokus)

1. Penguatan Regulasi dan Kepatuhan: Dalam konteks mungket, audit pajak harus tetap fokus pada kepatuhan terhadap regulasi yang ada. Ini berarti meskipun ada fleksibilitas, auditor harus tetap tegas dalam menegakkan hukum pajak.

2. Seleksi Data yang Relevan: Dalam era big data, tidak semua data relevan untuk proses audit. Penerapan mungket dalam audit pajak berarti kemampuan untuk menyaring dan memfokuskan pada data yang benar-benar penting dan relevan untuk mengidentifikasi potensi pelanggaran atau ketidakpatuhan.

3. Penegakan Integritas dan Transparansi: Ketegasan dalam memegang prinsip integritas dan transparansi adalah esensi dari mungket. Auditor harus tetap berpegang pada standar etika yang tinggi dan memastikan proses audit dijalankan dengan jujur dan terbuka.

 Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang mulur dan mungket memberikan panduan yang sangat relevan untuk transformasi audit pajak. Dengan mengadopsi fleksibilitas dan adaptabilitas dari konsep mulur, serta ketegasan dan fokus dari konsep mungket, proses audit pajak dapat menjadi lebih efektif dan efisien. 

Auditor dan otoritas pajak dapat menggunakan ajaran ini untuk mengembangkan sistem audit yang lebih modern, responsif terhadap perubahan, tetapi tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepatuhan dan integritas. Ini akan membantu menciptakan sistem perpajakan yang adil, transparan, dan dapat diandalkan.

Audit pajak adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh otoritas pajak untuk memastikan bahwa wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan dan membayar pajak yang sesuai. Transformasi dalam konteks audit pajak mengacu pada perubahan sistem, prosedur, dan pendekatan yang digunakan untuk melakukan audit. Di era digital saat ini, transformasi audit pajak mencakup penerapan teknologi canggih seperti analisis data, kecerdasan buatan, dan blockchain untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi audit.

Hubungan Kebatinan dan Transformasi Audit Pajak : Pada pandangan pertama, kebatinan dan audit pajak mungkin tampak tidak berhubungan. Namun, ada beberapa prinsip kebatinan Ki Ageng Suryomentaram yang dapat diadopsi dalam konteks transformasi audit pajak:

1. Kebijaksanaan dan Pemahaman Diri: Kebatinan mengajarkan pentingnya memahami diri sendiri, termasuk motif dan niat di balik tindakan. Dalam konteks audit pajak, pemahaman ini dapat diterjemahkan sebagai transparansi dan integritas. Auditor dan wajib pajak yang memahami dan jujur tentang kondisi finansial mereka akan lebih mudah menjalani proses audit dengan adil dan efektif.

2. Ketenangan dan Ketelitian: Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya ketenangan pikiran dalam menghadapi situasi sulit. Dalam audit pajak, auditor harus mampu menjalankan tugasnya dengan tenang dan teliti, tanpa prasangka atau tekanan eksternal yang dapat mempengaruhi hasil audit.

3. Penerapan Teknologi dengan Etika: Transformasi audit pajak melalui teknologi harus dilandasi oleh etika yang kuat. Kebatinan mengajarkan bahwa tindakan harus selaras dengan nilai-nilai moral dan spiritual. Dengan demikian, penggunaan teknologi dalam audit pajak harus dilakukan dengan memperhatikan hak-hak wajib pajak dan prinsip keadilan.

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Memimpin Diri Sendiri : Ki Ageng Suryomentaram percaya bahwa setiap individu adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Memimpin diri sendiri berarti memiliki kontrol atas pikiran, perasaan, dan tindakan, serta bertanggung jawab atas konsekuensi dari setiap keputusan. Prinsip ini sangat relevan dalam konteks profesional, termasuk dalam audit pajak. Auditor yang mampu memimpin dirinya sendiri akan bekerja dengan lebih efisien, membuat keputusan yang lebih baik, dan menjalankan tugasnya dengan integritas tinggi.

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram memberikan banyak pelajaran berharga tentang memahami diri sendiri dan mencapai kedamaian batin. Prinsip-prinsip ini dapat diadaptasi dalam berbagai konteks modern, termasuk transformasi audit pajak. Dengan menggabungkan kebijaksanaan kebatinan dan teknologi modern, proses audit pajak dapat menjadi lebih efisien, akurat, dan beretika. Selain itu, konsep memimpin diri sendiri yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram dapat menginspirasi auditor untuk bekerja dengan lebih baik dan penuh tanggung jawab.

Referensi :

Identifikasi Potensi Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram sebagai Wisata Kebugaran Berbasis Kearifan Lokal; Gadjah Mada Journal of Tourism Studies; Print ISSN: 2621-9522

sumber: Sri Wintala Ahmad, "Ilmu Bahagia KI Ageng Suryomentaram, Sejarah Kisah dan Ajaran Kemuliaan", (Yogyakarta: Araska, 2020).

https://arrahim.id/niam/mengenal-ki-ageng-suryomentaram-filsuf-tanah-jawa/

Devi, A., & Maizida, K. (2021). Identifikasi Potensi Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram sebagai Wisata Kebugaran Berbasis Kearifan Lokal. Tourisma: Jurnal Pariwisata, 4(2), 147-166.

Filosofi Nemsa: Kunci Hidup Bahagia ala Ki Ageng Suryomentaram, Menikmati Hidup dengan Filsafat Jawa - Ihwal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun