Mohon tunggu...
DENI HARYADI
DENI HARYADI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi

NIM : 55522120022 | Program Studi : Magister Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi Perpajakan | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuis15_ Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram: Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

8 Juli 2024   11:16 Diperbarui: 8 Juli 2024   11:21 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun munkret adalah rasa sedih dan kecewa serta marah ketika keinginan manusia selalu tidak tercapai. Munkret memiliki dua makna. Pertama, menurunkan rasa keinginan dari yang tinggi ke yang rendah saat keinginanya tidak tercapai. Kedua, mengalami rasa susah karena keinginannya tidak tercapai.

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Hubungan antara Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram (NemSA= 6-SA) dalam konteks Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

Kebatinan, sebagai bagian dari tradisi spiritual dan budaya Indonesia, memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satu tokoh kebatinan yang menonjol adalah Ki Ageng Suryomentaram. Beliau dikenal tidak hanya sebagai seorang penganut kebatinan yang mendalam, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang mampu menginspirasi banyak orang untuk memahami dan memimpin diri sendiri. 

Artikel ini akan membahas bagaimana kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dapat dihubungkan dengan transformasi audit pajak dan konsep memimpin diri sendiri.

Filosofi Nemsa dari Ki Ageng Suryomentaram adalah konsep yang mendalam dan kaya akan makna, yang mengajarkan cara hidup yang seimbang, bijaksana, dan penuh kesadaran. "Nemsa" adalah singkatan dari "enem sa" atau "enam sa", yang terdiri dari enam prinsip dasar yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasan tentang keenam prinsip tersebut:

 1. Sakepenake (Senyamannya)

Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan perasaan nyaman dan tanpa paksaan. Hidup seharusnya dijalani dengan cara yang membuat diri merasa nyaman, baik secara fisik maupun mental. Ini bukan berarti hidup dalam kemalasan, tetapi lebih kepada menjalani kehidupan dengan cara yang tidak menimbulkan stres berlebihan atau tekanan yang tidak perlu.

 2. Sabutuhe (Sebutuhnya)

Sabutuhe berarti hidup sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Prinsip ini mengajarkan pentingnya membedakan antara apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan. Dengan fokus pada kebutuhan, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan tidak terjebak dalam konsumsi berlebihan. Hal ini membantu menghindari pemborosan sumber daya dan hidup yang lebih berkelanjutan.

 3. Saperlune (Seperlunya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun