Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Memperdebatkan Isu Rohingya Didomplengi Politik ataupun Tidak

11 September 2017   20:55 Diperbarui: 11 September 2017   21:22 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Krisis kemanusiaan yang terjadi dinegara Myanmar. Atau khususnya di Negara bagian Rakhine State. Kalau saya lihat dari status provinsi yang bernama Negara Bagian. Negara Myanmar adalah salah satu Negara dengan sistem federasi. Dimana setiap Negara Bagian memiliki wewenang dan otonomi khusus pada setiap Negara bagiannya.

Akan tetapi anehnya, biasanya negara yang bersistem federasi adalah negara Demokratis. Sebagai contoh negara Amerika Serikat, yang merupakan Negara Demokratis yang menggunakan federasi sebagai bentuk negaranya. Tetapi dalam kasus Negara Myanmar rasanya aneh. Dimana dengan pemerintahan yang didominasi oleh kekuatan militer. Myanmar masih mau menggunakan sistem Negara federasi.

Karena biasanya Negara dengan dominasi militer, lebih memilih menggunakan sistem Negara Kesatuan yang Sentralistik. Biasanya Negara dengan dominasi militer didalam pemerintahannnya. Memperkuat sistem pemerintahan pusat, dengan arah pemerintahan setralistik tadi. Akan tetapi ada hal berbeda dari Negara Myanmar yang merupakan negara federasi dengan dominasi militer didalamnya.

Mungkin inilah yang melatarbelakangi banyaknya tentara-tentara berdasarkan etnis di Myanmar pada setiap Negara bagiannya. Akan tetapi kali ini saya tidak hanya menulis tentang negara Myanmar. Yang merupakan Negara berbentuk federasi yang didominasi oleh militer. Akan tetapi isu rohingya yang saat ini didalam negeri diperdebatkan "didomplengi" isu politik maupun tidak.

Seperti dari isu-isu yang berkembang dimedia sosial, banyak pihak yang meyakini isu Rohingya didomplengi oleh kepentingan politik. Pihak yang bersebrangan dengan pemerintahan Joko Widodo.

Bahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pernah mengeluarkan pernyataan bahwa, isu penindasan Etnis Rohingya oleh pemerintah Myanmar telah diolah sedemikian rupa oleh kelompok tertentu. Sehingga berbelok menyerang pemerintahan Jokowi.

Memang jenderal Tito memiliki alasan mengapa ia mengatakan Isu Rohingya digunakan untuk menyerang Pemerintahan Jokowi. Karena Tito mengacu pada analisis opini platform media twitter. Karena berdasarkan analisis tersebut sebagian besar pembahasan isu Rohingya yang selama ini menjadi salah satu isu utama ditanah air. Dikaitkan dengan Presiden Jokowi dan pemerintahannya.

Memang keresahan Kapolri tersebut beralasan karena berdasarkan pengamatan saya sendiri dalam media sosial. Memang banyak pihak yang mengaitkan isu kemanusiaan ini kepada rezim berkuasa, yaitu pemerintahan Jokowi.

Akan tetapi rasanya tidak etis jika Kapolri berkata demikian. Karena dengan pernyataan tersebut malah akan membuat masyarakat semakin terpolarisasi. Dan tentu saja akan membuat jurang pemisah antara pemerintah dan masyarakat yang selama ini bersebrangan dengan Jokowi, akan semakin dalam terjadi. Khususnya hubungan Polri dan kelompok masyarakat ini. sebagai Kapolri, Jenderal Tito Karnavian memang harus melindungi baik itu keamanan, perlindungan. Atau bahkan citra presiden dimata masyarakat itu sendiri.

Karena isu Rohingya ini begitu sangat sensitif, apalagi isu Rohingya yang terjadi banyak yang meyakini konflik antara agama islam dan Buddha. Mungkin inilah yang membuat umat islam di seluruh dunia terasa sakit hatinya. Karena umat muslim didunia ibarat organ tubuh. Dimana jika ada salah satu organ tubuh sakit. Maka organ tubuh lainnya pasti akan merasakan sakit yang sama.

Mungkin inilah yang membuat solidaritas Indonesia terhadap Rohingya sangat begitu tinggi. Akan tetapi sebagai seorang Muslim. Saya sangat tidak menyukai jika ada saudara-saudara sesama muslim saya justru memperkeruh suasana keberagaman, yang selama ini terjaga di Indonesia.

Karena dimanapun umat muslim menjadi mayoritas, pasti akan selalu mengayomi dan melindungi kaum minoritas. Jika kaum minoritas tersebut menghargai kita. Dan tentu saja dalam prinsip saling menghargai. Umat muslim adalah umat yang cinta damai, karena dimanapun muslim menjadi pemimpin pasti selalu mengayomi.

Masih ingat dengan kepemimpinan Sultan Sulaiman pada kejayaan kerajaan Ottoman dahulu? Sultan Sulaiman juga mengayomi para non muslim yang wilayahnya masuk di wilayah kekuasaan Kerajaan Ottoman. Sultan sulaiman dikala itu bersikap adil terhadap non muslim diwilayah kekuasaannya.

Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan. Jika memang dikaitkan kepada agama, seharusnya dalam kapasitas solidaritas sesama muslim. Ya, solidaritas sesama muslim. Dan isu Rohingya tentu adalah air mata umat muslim dunia yang tersakiti hatinya ketika saudara seimannya berada dalam penderitaan yang amat sangat. Atau mungkin juga air mata para pegiat Ham yang selama ini mati-matian memperjuangkan Hak Asasi Manusia.

Sehingga kenapa mempersoalkan adanya kaitan politik dalam negeri dengan krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar? Kenapa kita harus meributkan masalah seperti ini. ketimbang kita melihat lebih jelas pembantaian yang terjadi di Myanmar. Masihkah kita meributkan ada atau tidaknya penyerangan terhadap rezim Jokowi dengan kasus Rohingya?

Karena meskipun Kapolri bilang isu Rohingya lebih banyak dikaitkan dengan pemerintahan Jokowi berdasarkan penelitian dari media sosial tersebut. toh fakta dilapangan menunjukkan hubungan antar umat beragama di Indonesia baik-baik saja. Malahan kalangan agama Buddha dan etnis Tionghoa ikut menggalang dana diberbagai daerah di Indonesia yang ditujukan untuk Rohingya. Serta mengecam keras terhadap tindakan para Radikalis Buddha di Myanmar.

Karena dalam agama Buddha rasa cinta kasih dan menyayangi sesama adalah hal yang hakiki. Masih ingat dengan relawan Tzu Chi asal Taiwan yang ikut membantu secara besar-besaran pada tragedi bencana alam tsunami aceh pada tahun 2004 lalu? Dikala itu para relawan Tzu Chi asal Taiwan yang beragama Buddha. Membantu membangun rumah bagi para korban bencana tsunami Aceh yang beragama Islam.

Sehingga jika isu Rohingya dikaitkan kepada agama, jika saya diberikan kesempatan menjawab. Ya, karena dalam diri umat muslim ada rasa solidaritas kekeluargaan dan persaudaraan seiman. Dan tentu saja hubungan antara rohingya dan indonesia sebatas solidaritas sesama muslim. Seperti yang saya jelaskan diatas sebelumnya.

Akan tetapi jika isu ini dimainkan dalam isu Politik dan dijadikan untuk menyerang pemerintah, saya jelas tidak setuju. Begitu juga kepada pihak pemerintah yang seharusnya lebih bijak menanggapi isu kemanusiaan ini. Karena dibandingkan pemerintah merasa takut citranya tergerus akibat isu yang merembet keranah politik ini. Pemerintah itu sendiri harus melakukan tindakan nyata kepada Myanmar. Lebih dari langkah "Soft Diplomasi" yang telah dilakukan oleh Menlu Retno beberapa waktu lalu.

Sebagai sesama negara Asean, Indonesia harus bisa bersikap tegas terhadap Myanmar. Karena perlakuan Myanmar terhadap Rohingya sudah tidak bisa diterima dengan akal sehat. Karena pada abad 21 seperti ini masih ada pelanggaran terhadap hak asasi manusia seperti yang terjadi di Myanmar. Mungkin jika Indonesia bisa bertindak lebih tegas terhadap Myanmar, mungkin kepercayaan seluruh lapisan asyarakat Indonesia terhadap pemerintahan Indonesia pun akan tinggi. Dan tentu saja keresahan yang menghinggapi Kapolri tersebut tidak akan terjadi.

Apapun itu, Pemerintah Indonesia dan masyarakat yang bersebrangan dengan pemerintah Indonesia dalam hal ini pemerintahan Jokowi Widodo. Harus lebih bijak dan dewasa dalam bersikap. Karena masalah krisis kemanusiaan yang terjadi Myanmar. Lebih dari sekedar perbebatan antara ada atau tidaknya Domplengan Politik dalam isu kemanusiaan tersebut .

Karena Air mata Etnis Rohingya jauh lebih penting dari sekedar meributkan masalah itu. tahukah disaat kita meributkan masalah ini dan membuat perpecahan. Di Myanmar sana etnis Rohingya membutuhkan lebih dari sekedar bantuan materil. Hak hidup sebagai manusia bebas, dan kewarganegaraan. Itulah yang mereka butuhkan. Karena mereka sampai saat ini adalah etnis yang tidak mempunyai tanah air.

Mungkin nasib mereka sama dengan nasib warga kulit hitam di Afrika selatan dulu yang merasa tidak memiliki tanah airnya sendiri. Dimana kulit putih dikala itu menguasai secara penuh negara Afrika Selatan. Karena etnis Rohingya itu sendiri telah ratusan tahun mendiami Negara Bagian Rakhine yang merupakan bagian dari Negara Myanmar. Maka dari itu Myanmar adalah tanah air etnis Rohingya juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun