Zainal mengangguk dengan berat hati. "Saya mengerti, Bu. Terima kasih sudah mendengarkan."
Sejak percakapan itu, hubungan Bu Sarah dan Zainal tetap hangat namun lebih terjaga. Mereka terus berdiskusi tentang pelajaran dan impian Zainal, namun mereka juga menjaga jarak untuk menghindari perasaan yang lebih dalam berkembang.
Waktu berlalu, Zainal lulus dengan nilai yang sangat baik dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada hari kelulusannya, dia memberikan surat kepada Bu Sarah. Surat itu berisi ucapan terima kasih atas semua bimbingan dan motivasi yang telah diberikan, serta janji untuk terus mengejar impian dan menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.
Bu Sarah membaca surat itu dengan haru. Dia tahu, meskipun perasaan cinta mereka tidak bisa terwujud seperti yang diinginkan, hubungan mereka telah memberikan pengaruh besar dalam hidup masing-masing. Bu Sarah merasa bangga dan bersyukur pernah menjadi bagian dari perjalanan Zainal.
Zainal pergi meninggalkan desa untuk mengejar pendidikannya, namun kenangan akan Bu Sarah dan madrasah Miftahul Ulum tetap terpatri dalam hatinya. Bu Sarah melanjutkan pengabdiannya di madrasah, menginspirasi murid-murid lainnya dengan semangat yang sama. Keduanya berjalan di jalan masing-masing, membawa cinta dan kenangan indah sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H