Mohon tunggu...
Dea Nabila Husna
Dea Nabila Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya harap, apa yang saya bagikan dapat bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Tak Mengenal Gender

28 Juni 2022   14:14 Diperbarui: 28 Juni 2022   14:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi kita sebagai manusia. Dimana hak tersebut merupakan hak untuk hidup secara terhomat, bebas dari rasa ketakutan, serta bebas menentukan pilihan masing-masing untuk hidup. 

Tidak mengkhususkan untuk laki-laki namun, hak ini juga berlaku untuk perempuan yang seringkali dianggap lemah. Seringkali kebanyakan perempuan takut untuk menyuarakan haknya. 

Perempuan juga seringkali takut untuk mengejar tinggi pendidikannya serta karirnya dikarenakan tuntutan dari perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang diharuskan untuk mengurus keluarga. 

Parahnya, tak jarang kasus yang beredar tentang kekerasan atau pun pelecehan seksual yang dilakukan pelaku terhadap perempuan hanya untuk dijadikan bahan pemuas nafsu.

Berdasarkan Laporan Ketimpangan Geder Global 2021 (Global Gender Gap Report 2021) Indonesia berada di urutan 101 dari 156 negara (Admin, 2022). Isu-isu utama yang perlu diatasi untuk mengatasi masalah kesetaran gender di Indonesia, antara lain :

Pernikahan Dini Menyebabkan Kekerasan Fisik

Salah satu isu akan kesetaraan gender adalah pernikahan dini. Terjadinya pernikahan dini ini bukanlah hal yang tak asing di mata publik. Justru pernikahan dini sudah terbilang lazim terjadi di Indonesia, terlebih lagi daerah-daerah pedesaan yang masih sangat kental tradisi di daerahnya. 

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2004 memperkirakan 13% dari perempuan Indonesia menikah di umur 15-19 tahun (KemenPPPA, 2017). 

Dalam realitasnya, pernikahan dini ini akan menimbulkan dampak bagi pelakunya terutama dampak negatif yang ditimbulkan. 

Dari segi finansial kebanyakan dari mereka masih belum tercukupi kebutuhannya untuk sehari-hari. Lalu dari segi emosi dan pemikiran, di usia yang terbilang cukup muda kaum remaja memiliki emosi yang tidak stabil dan pemikiran yang cenderung belum sepenuhnya matang. 

Sehingga mereka yang seharusnya menjadi orang tua justru masih sibuk mencari kesenangan di masa remajanya. Hal tersebut yang menyebabkan adanya perpecahan dalam berumah tangga sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga yang dimana kebanyakan korbannya adalah perempuan.

Dunia Pekerjaan

Selama ini, wanita seringkali dianggap sebagai sosok yang lebih lemah daripada seorang laki-laki. Dianggap sebagai sosok yang hanya memiliki kewajiban di rumah mengurus keluarganya karena tuntutan menjadi seorang ibu rumah tangga. 

Namun, hal tersebut tentu salah besar. Karena wanita juga memiliki peranan penting di dalam bidang pendidikan maupun karirnya. Wanita juga bisa sukses dalam hal finansial. Seorang wanita juga bisa menjadi seorang pemimpin yang tak kalah hebat dari seorang laki-laki. 

Namun sayang, asumsi publik tentang wanita adalah sosok yang lebih lemah membuat peranan wanita dalam dunia kerja pun sering dinomor duakan. Kebanyakan Wanita diberi jabatan yang berada di bawah jabatan seorang laki-laki. 

Dalam hal ini, seharusnya wanita diberikan hak kesetaraannya. Dimana seorang perempuan atau wanita juga mampu melakukan hal-hal yang serupa dengan seorang laki-laki lakukan. Dimana wanita juga sanggup sukses dalam hal finansial seperti halnya laki-laki.

Sudah banyak tokoh wanita yang membuktikan bahwa stigma masyarakat tentang wanita lebih lemah itu salah. Tokoh -- tokoh tersebut, antara lain :

  • R.A.Kartini

Sosok Pelopor persamaan derajat perempuan di nusantara yang mendedikasikan gagasan dan perjuangannya untuk meruntuhkan ketidakaadilan yang sedang dihadapinya. 

Sebagai penggerak emansipasi wanita, beliau menjadi sumber inspirasi bagi seluruh wanita nusantara yang menginginkan kebebasan dan keadilan baginya.

  • Maudy Ayunda

Sosok yang kerap menjadi perbincangan publik ini adalah tokoh inspiratif wanita muda Indonesia masa sekarang. 

Seorang Maudy ini bisa dikatakan sebagai seniman karena keahliannya dalam bernyayi dan berakting. Tak hanya di bidang seni, seorang Maudy juga memiliki pendidikan yang terbilang cukup mengesankan. 

Beberapa tahun silam, Maudy menjadi bahan perbincangan masyarakat karena prestasinya dan keberhasilannya diterima di Universitas ternama  internasional yaitu Harvand dan Stanford. Dan pada akhirnya menempuh pendidikan di Universitas Stanford dan lulus dengan gelar M.A dan MBA.

  • Susi Pudjiastuti

Sosok Susi Pudjiastuti. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 sekaligus pengusaha sukses. 

Sebagai seorang wanita, beliau dikenal sebagai sosok yang tegas. Dapat dilihat bagaimana beliau memutuskan untuk menindak pencurian ikan yang terjadi di wilayah perairan nusantara, keputusannya untuk menenggelamkan kapal asing yang tertangkap mencuri ikan, dan usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan.

  • Najwa Shibab

Sosok cantik dan cerdas ini sudah menjadi idola di kalangan anak muda Indonesia. Gaya bicaranya yang tegas, cara berpikirnya yang kritis sudah menjadi ciri khas Najwa. Bagaimana cara ia menyampaikan pendapatnya ke hadapan publik dengan mengedepankan sisi humanis namun tetap tepat dengan apa yang dimaksud.

Tokoh -tokoh wanita inspiratif di atas sudah sangat membuktikan akan salahnya stigma masyarakat yang mengatakan wanita hanya memiliki peran sebagai ibu rumah tangga. Justru sebaliknya menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Dimana seorang ibu rumah tangga harus mampu fisik dan rohaninya untuk mengurus keluarga serta mengejar pendidikan dan karirnya.

Untuk menanggulangi isu-isu utama ketidaksetaraan gender ini, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa adanya stigma tentang wanita sebagai sosok yang lemah, hanya bisa duduk diam di rumah, melayani suami, dan mengurus anak harus dihilangkan. 

Sebab, wanita juga manusia yang memiliki hak untuk disetarakan derajatnya. Dimana wanita juga bebas memilih pilihan hidupnya, mengejar pendidikannya, sukses dalam karir maupun dalam masalah finansialnya. 

Terlepas dari judul artikel ini yang lebih mengangkat nama wanita, seorang laki-laki juga perlu mendapat hak nya sama dengan wanita. Dengan tetap melindungi wanita sehingga akan menjadikan bahwa istilah kesetaraan gender atau yang biasa dikenal dengan gender equality memang nyata benar adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun