Tulisan ini aku persembahkan untuk diriku sendiri yang akan aku post di mana bisa aku baca tiap kali aku ingin membacanya kapan saja, di mana saja tanpa repot-repot membuka bukunya kembali dan tentunya sebagai rangkuman pribadi yang akan aku arsipkan di tempat penyimpanan yang bisa diakses oleh setiap mata dan tangan yang menemukan hehe.
Seni hidup minimalis, yaa. Sebelum cari tau lebih banyak tentang apa itu hidup minimalis sampek akhirnya sering nonton vidio tentang minimalis di youtube dan ketemu buku ini, jujur sih bayangan yang ada diisi kepada tentang minimalis ya gak jauh-jauh dari orang luar, rumah warna putih, item, abu-abu, gede, tinggi, jendela kaca yang gede dengan view taman rumah/langit, lantai dari marmer, furnitur yang simpel tapi glamor, sederhana, mewah, dan tentu saja tertata rapi. This is why i'm so interesting with this concept.
Setelah ketemu buku ini, persepsi awal aku tentang minimalis gak sepenuhnya salah, cuman lumayan keliru aja. In this book i learn bahwa jadi minimalis gak harus punya rumah yang besar dengan segala furnitur yang glamor.Â
Sejauh ini yang aku tangkep dan jadi pondasi pada konsep minimalis adalah miliki sesuatu yang benar-benar dibutuhkan, bermanfaat dan secukupnya. Cinta banget sama buku ini pokoknya deh, terima untuk penulis, penerjemah dan para distributor.
Di buku ini kita akan diajak untuk memahami konsep minimalis, langkah memulai sampai cara hidup jadi seorang yang berkonsep minimalis. Ada 260 halaman dengan 3 bagian besar pembahasan, yaitu yang pertama bagian satu dasar pemikiran, bagian dua streamline dan bagian tiga cara hidup.Â
Oh ya di buku ini akan banyak membahas tentang barang-barang yang kita punya dan ruang penyimpanan yang bernama rumah. Oke, karna ini adalah arsip pribadi tentu saja aku akan menuliskan bagian-bagian yang menurutku intisari dari tiap pembahasannya saja. Wahai aku dan para kalian yang menemukan tulisan ini, selamat membaca ya.
Mulai dari bagian yang pertama, bagian dasar pemikiran. Di bagian ini ada 10 poin pembahasan yang akan akun rangkum satu-satu. Di pendahuluan kita sudah diingatkan bahwa buku ini akan mengajak kita untuk menumbuhkan pola pikir minimalis kita yang sebenarnya sama sekali tidak susah.Â
Kita akan diarahkan untuk mempertimbangkan manfaat dan nilai positif dari hidup sampai akhirnya kita sadar bahwa konsep minimalis akan membuat kita lebih ramah lingkungan dengan hidup yang sederhana, tertata dan tenteram. Let's starttt.
Kenali kegunaan setiap barang
Di bahasan pertama kita akan diajak untuk mengenali kegunaan setiap barang yang kita miliki yang sudah menyita uang, tempat, tenaga dan waktu kita saat membeli, merawat dan menyimpannya.Â
Setelah kita kenal dan sadar betapa banyaknya barang yang kita punya, step selanjutnya adalah menggolongkan barang menjadi 3 kategori yaitu barang fungsional, dekoratif dan emosional yang akan memudahkan kita buat ke tahap selanjutnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah penyortiran barang.
Mari kita bahas satu-satu kategori barangnya. Fungsional, adalah untuk barang-barang yang digunakan sehari-hari, berpengaruh dengan keberlangsungan hidup, layak dipertahankan.Â
Yang kedua dekoratif, adalah barang yang indah, yang kalok kita kihat bisa bikin senang, barang ini juga layak dipertahankan dan silakan diletakan di tempat yang mudah untuk dilihat.Â
Yang ketiga emosional, adalah barang yang mempunyai rasa/kenangan, hayooo khusus untuk barang ini silakan ditanyakan kembali masih ada gunanya gak semisal disimpen. Selain ketiga kategori tersebut, ada 2 sub kategori lain yaitu barang milik barang lain dan barang miliki orang lain.
Jadi, di bahasan pertama ini kita diajak untuk mengenali barang-barang milik kita. Apa fungsinya, dari mana asalnya, gimana cara dapetnya, punya siapa?
Sampai di sini kalau ada barang yang sudah tidak berfungsi, tidak indah, barang orang lain yang sudah dipasrahkan tidak berpengaruh apa-apa dan barang-barang yang sudah tidak berbentuk, jangan ragu-ragu mengambil keputusan untuk membuangnya.
Anda bukan barang anda
Ilustrasi paling mudah aku terima di bahasan ini adalah memakai kosmetik mahal tidak menjadikanmu model terkenal, menggunakan kamera canggih tidak akan menjadikannmu fotografer handal dengan serentetan penghargaan. Intinya, tidak perlu termakan gengsi dan terlalu menuruti iklan.Â
Mempunyai atau menggunakan barang mahal sama sekali tidak salah, namun semua tetap harus diperhatikan sesuai dengan manfaat dan kondisi keuangan kita. Jangan hanya karena gengsi yang tidak jelas, menjadikan kita buronan kredit. Hal lain yang tak kalah sulit dari melepaskan barang adalah barang masa lalu yang memiliki kenangan.Â
Buku catatan dari masa sekolah, piala, jaket, sepatu, seragam sekolah, barang-barang yang kita anggap sebagai bukti pencapaian kita yang sebenarnya tidak semuanya harus disimpan.Â
Kita adalah kita, barang adalah barang. Yang menentukan siapa kita adalah tindakan, pikiran dan mereka yang kita cintai. Lepaskan, beri ruang waktu dan energi untuk diri sendiri lepas dari barang-barang yang selama ini ternyata banyak menyita diri kita.
Sedikit barang = sedikit stres
Why? Kita sering penat melihat kamar/rumah yang berantakan dan berdalih sibuk tak punya waktu buat beresin semuanya. Yakin sibuk banget? Coba mari kita berfikir, jangan-jangan kamu cuman males atau jangan-jangan barang kamu yang kebanyakan, hayoo
Semakin banyak barang akan semakin banyak tenaga, uang, waktu yang kita keluarkan buat merawat, membersihkan dan menyimpan si barang. Nah semakin sedikit barang yang dipunya secara otomatis akan semakin sedikit waktu, uang dan tenaga yang dikeluarkan.Â
Tenaga, waktu dan uang yang kita punya bisa kita manfaatkan untuk berkreasi, menikmati waktu luang atau mungkin menjalankan hobi. Jadiii, ingat-ingat selalu ya, miliki yang perlu dimiliki saja (yang bermanfaat dan secukupnya).
Sedikit barang= lebih merdeka
Hampir sama dengan sedikit barang sedikit stres, bayangkan kita jalan-jalan hanya perlu membawa satu ransel saja, lebih simpel dan bebas kan? Gak perlu repot-repot bawa koper, nenteng tas dan masih gendong ransel, hah baru bayangin aja udah kerasa ribetnya.Â
Lagi-lagi biasakan punya barang yang perlu-perlu saja dan tentu saja secukupnya. Punya banyak barang lalu menyimpannya dalam konteiner/box saja bukanlah solusi, memang terlihat rapi tapi bayangkan saat kamu sendiri tidak ingat barang apa saja yang kamu simpan, diwaktu kamu menginginkan barang tersebut yang ada hanya membongkarnya lagi hingga barang yang kamu inginkan ketemu atau mungkin tidak kamu temukan sama sekali.
Minimalis mengajarkan kita untuk memiliki ruang gerak, barang kita ada untuk melayani kita bukan sebaliknya. Ketika tidak terikat dengan barang, kita bisa menikmati hidup, menjalin hubungan dengan orang lain, berpartisipasi dalam masyarakat, dan lebih terbuka untuk pengalaman baru.
Lepaskan keterikatan dengan barang
Menurut ajaran Zen dalam agama Budha, agar bisa merasakan kebahagiaan hakiki, kita harus mampu melepaskan ikatan dengan hal-hal duniawi. Eitss tapi kita tidak harus mencapai titik se ekstrem itu, tapi meneladani sikap tersebut akan sangat membantu dan mempermudah proses merapikan rumah kita.Â
Untuk menumbuhkan konsep ini kita butuh latihan hingga kita sadar, bahwa barang kita sebenarnya tidak begitu penting. Gak lucu kan kalau kita meninggal dan anak cucu kita membongkar rumah kita yang mereka temui hanya sekumpulan wadah plastik, buku catetan di masa sekolah, tumpukan struk belanjaan, baju-baju pudar di lemari atau barang-barang yang mereka anggap rongsokan. Pelan-pelan, sedikit demi sedikit, yok bisa yoook
Jadilah penjaga pintu yang baik
The best quote og William Morris seorang perancang asal Inggris yang juga membuatku jatuh cinta adalah "janganlah memiliki barang yang tidak kau ketahui gunanya atau tidak kau yakini keindahannya". Bagus ya, tinggal prakteknya yang tidak mudah wkwk.Â
Baiklah, tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Jadilah penjaga pintu yang baik, barang yang masuk ke rumah kita hanya boleh dari 2 cara, yaiyu dibeli atau diberi. Kitalah yang bertanggungjawab penuh terhadap barang-barang yang masuk ke rumah.Â
Sale, bonus, diskon, barang lucu, ikut teman, adalah alasan-alasan terkuat membeli suatu barang yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan dan mungkin kita sudah punya. Tapi tenang, mulai sekarang tanamkan ini ya kita punya kuasa penuh mengendalikan barang-barang yang akan kita beli atau tidak, kita hanya perlu berhenti sebentar dan bertanya "kenapa" sebelum membeli suatu barang.
Nah untuk menjadi penjaga pintu yang lihai kita perlu menganggap rumah sebagai tempat yang sakral bukan semata-mata sebagai tempat penyimpanan. kita punya kuasa untuk menolak setiap barang yang akan masuk ke rumah, apabila barang tersebut tidak akan menambah nilai fungsi dan keindahan dalam kehidupan kita, katakan "maaf, tidak ada tempat kosong". Penolakan diawal akan sangat membantu kita di kemudian hari.
Nikmati ruang
Dibutuhkan ruang dan kekosongan untuk mengapresiasi keindahan. Karena tanpa ruang, yang ada hanya kekacauan dan kegaduhan. Masalahnya kita lebih menghargai barang dari pada ruang, kita lebih sering mengisi dan terus mengisi hingga tidak ada lagi ruang yang tersisa. Tapi tenang, meskipun ruang mudah menghilang, tapi mudah juga didapatkan kembali.Â
Tidak percaya? Coba saja buang satu persatu barang yang ada memenuhi ruang tersebut. Wadah penyimpanan hanya akan berguna saat mereka kosong, tiap kali mau bawa pulang barang kudu diinget punya tempat gak dirumah? nahh jadii sekarang punya pertimbangan baru tiap kali mau bawa pulang barang ya.
Menyukai tanpa memiliki
Eitsss beda konsep sama fall in love with people we can't have ya hehehe. Konsepan kali ini kita bikin yang happy aja, jadi begini (lagak serius sekaliii) tidak semua harus kita hadirkan atau miliki di rumah. Menyukai tanpa memiliki (menahan diri) sampai akhirnya melihatnya saja sudah membuat kita merasa senang.Â
Hal-hal yang masih bisa dilakukan dengan fasilitas umum seperti home tearter, kolam renang, taman, museum, kedai kopi, sama sekali tidak perlu kita hadirkan ke rumah kita (ingat, rumah kita dalah tempat yang sakral). Nikmati kehidupan sosial di sekitar dan nikmati pengalaman yang lebih segar langsung dan bernilai.
Bahagia dengan cukup
Orang yang merasa cukup dengan apa yang ia miliki adalah orang yang kaya (Lao Tzu, filsuf China). Tapi, cukup adalah konsep yang tidak mudah. Cukup bagi satu orang belum tentu sama untuk orang lain. sekali lagi, tidak mudah bukan berarti tidak bisa, pelan-pelan, kita mulai dari memaknai kata cukup. Menurut kamus, cukup berarti dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan, tidak kurang.Â
Di sinilah masalahanya ketika ada kebutuhan dan keinginan, meskipun kebutuhan telah terpenuhi kita tetap memiliki keinginan. Namun, untuk menikmati rasa cukup,mari kita fokuskan perhatian kita pada kebutuhan.
Menumbuhkan sikap penuh rasa syukur sangat berguna dalam cara hidup minimalis (dalam hidup pun). Melihat hidup kita tidak kekurangan dan menghargai yang sudah kita miliki, kita tidak akan menginginkan apa-apa lagi dan akan lebih terfokus dengan apa yang sudah ada.Â
Tidak perlu membandingkan hidup dengan si kaya atau tetangga kanan kiri, terkadang kita memang perlu melihat kebawah dan keatas untuk menyadari bahwa sebenarnya, cukup adalah lebih dari cukup.
Mahatma Gandhi pernah berkata "hiduplah dengan sederhana agar orang lain dapat hidup". Kalau saja kita mengerti bagaimana gaya hidup kita berdampak pada banyak hal lain, mungkin kita semua akan bersedia hidup lebih hemat.
Sederhanakan diri, membeli sedikit barang adalah prinsio utama hidup minimalis. Membatasi barang yang kita beli dan berfokus hanya pada hal-hal yang esensial saja dalah cara terbaik untuk meminimalisir dampak konsumsi kita.Â
Setidaknya sebagai individu kita sudah berkontribusi menahan laju penurunan sumber daya, tidak menambah beban manusia lain dan mengurangi limbah.Â
Mulai sekarang mari kita buat keputusan membeli berdasarkan kebutuhan dan siklus hidup produk yang kita punya, bukan hanya karna penampilan, warna produk atau termakan iklan.
Bagian pertama sudah selesai, karena ternyata terlalu panjang jadi aku buat terpisah buat bahasan tiap bagiannya. Otewe bagian kedua dan ketiga, semangattt. Buat yang sudah menemukan tulisan ini dan tertarik sama konsep hidup minimalis, monggo dipersilakan keliling rumah/kamar dan berkenalan dengan barang-barangnya.
Sampai jumpa aku dan kaliannn, salamm :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H