Mohon tunggu...
Edukasi Pilihan

Tragedi Mei 1998 Part 1

20 Mei 2018   10:53 Diperbarui: 20 Mei 2018   11:26 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa, 12 Mei 1998, merupakan hari yang tak akan pernah dilupakan. Tidak hanya bagi warga Kampus Universitas Trisakti, melaikan bagi rakyat Indonesia, khususnya mahasiswa dalam memperjuangkan perubahan. Hari itu, darah tertumpah  dan kemarahan meledak menjadi tragedi yang tak pernah dibayangkan.

Tak ada yang menginginkan jatuhnya korban jiwa dalam Tragedi Trisakti itu, tetapi sejarah juga mencatat bahwa apa yang terjadi di kampus Trisakti pada hari itu telah mengubah banyak tatanan. Jatuhnya rezim yang berkuasa dan bergantinya sistem politik adalah dampak yang dipicu peristiwa 19 tahun lalu tersebut.

"Aksi Tanpa Cela"

Aksi di Kampus Trisakti pada Selasa, 12 Mei 1998 dimulai sekitar pukul 11:00 WIB. Bertempat  di Gedung Syarif Thayeb, ribuan mahasiswa bersama sejumlah dosen, pegawai, dan  alumni berkumpul untuk mengikuti mimbar bebas. Pada saat itu, semua mahasiswa masih terkonsentrasi di dalam areal kampus.

Aksi mimbar bebas diawali dengan penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama peserta aksi. Tak lupa mereka mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi negara yang tengah dalam kesulitan.

Aksi berlanjut dengan mendengarkan orasi dari dosen dan mahasiswa. Pada saat bersamaan, aparat keamanan mulai terlihat di jalan layang di luar kampus. Sementara, di dalam area kampus, rencana untuk mulai bergerak ke luar kampus terus dimatangkan.

Menjelang pukul 13:00 WIB, massa mahasiswa mulai keluar dari gerabang kampus. Mereka berjalan perlahan dan teratur dengan tujuan Gedung DPR-MPR di kawasan Senayan.

Namun, aksi mereka di tahan aparat di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat atau sekitar 300 meter dari Kampus Trisakti. Dua baris aparat bertameng lengkap membuat mahasiswa tak dapat meneruskan perjalanan.

Beberapa perwakilan senat Mahasiswa Universitas Trisakti kemudian bernegosiasi dengan Pihak Komando Distrik Militer Jakarta Barat dan Kepolisian Resor Jakarta Barat. Hasilnya, pihak aparat tegas menolak aksi mahasiswa karena dikhawatirkan bakal membuat kemacetan dan gangguan keamanan.

Mahasiswa jelas kecewa dengan hasil negosiasi tersebut dan tetap mendesak untuk melanjutkan perjalana. Sementara itu, aparat keamanan terus memperkuat diri. Empat truk pasukan pengendali massa terlihat datang di lokasi tertahannya rombongan mahasiswa mahasiswa Trisakti.

Merasa tak ada lagi pilihan, mahasiswa akhirnya menggelar mimbar bebas di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat. Melalui pengeras suara, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo meminta agar mahasiswa menjaga keamanan dan tidak berbuat anarki.

Sementara di sisi lain, sejumlah mahasiswi Trisakti tetap membagi-bagikan bunga kepada pengemudi yang lewat serta kepada aparat keamanana yang bertugas. Situasi saat itu sangat tenang dan cair. Selain mahasiswa, sejumlah warga juga terlihat bergabung dengan kerumunan.

Pukul 14:00 WIB, tak ada perubahan. Meski mahasiswa terus mendesak agar diizinkan menuju Gedung DPR-MPR, aparat keamanan tak mengizinkan. Hujan pun mulai turun, tetapi mahasiswa tetap bertahan sembari memberi semangat orator yang sedang beraksi di mimbar bebas.

Pada titik ini, sekitar 500 petugas keamanan gabungan dari berbagai kesatuan yang bersenjata lengkap berjaga-jaga di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat, di pagar pembatas Jalan S Parman, dan jalan tol, serta di bawah jalan layang Grogol.

Menjelang pukul 17:00 WIB, disepakati agar mahasiswa kembal ke kampus dengan tertib. Ribuan mahasiswa itu kemudian mulai beranjak meninggalkan lokasi. Semuanya berlagsung tertib. Bahkan, pihak kepolisian sempat mengucap terimaksih kepada mahasiswa karena sudah bersikap selama berunjuk rasa.

Namun, situasi itu rusak oleh peristiwa tak diduga. Diakui, dalam perjalanan kembali ke kampus, sempat terdengar saling ledek dan cemooh antara mahasiswa dan aparat keamanan, tetapi dapat diredam. Bahkan sebagian besar mahasiswa sampai di dalam kampus tanpa ada masalah.

Sayang, ketika tulah darah tertumpah di Kampus Trisakti.

"Tembakan ke Arah Kampus"

Waktu menunjukkan pukul 18:00 WIB, ketika sebagian besar mahasiswa Trisakti yang ikut unjuk rasa sudah berada di dalam kampus. Dengan tertib, mereka terus memasuki gerbang kampus yang penuh sesak oleh antrean mahasiswa yang akan masuk.

Tanpa jelas penyebabnya , tiba-tiba dari arah belakang atau barisan aparat keamanan yang berjaga di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat terdengar letusan senjata. Tak lama kemudian, gas air mata juga bertebangan kearah kerumunan mahasiswa yang masih berada di luar kampus. Kepanikan pun terjadi.

Selain panik karena bunyi letusan senjata dan gas air mata, tak sedikit pula yang ketakutan katena serangan fisik dari aparat seperti memukul dan menendang. Bahkan, Ketua Senat Mahasaiswa Universitas Trisakti, Hendra terkena tembakan peluru karet di bagian pinggang. 

Dalam kepanikan akibat bunyi letusan senjata dari segala arah itu, para mahasiswa terus berusaha masuk ke dalam kampus. Sementara sebagian mahsiswa lainnya berusaha membantu rekan-rekannya yang terluka karena tertijak kerumunan massa atau karena pukulan aparat.

Pada saat itu, tidak jelas dari mana saja tembakan berasal karena seluruh sisi sudah dijaga aparat bersenjata. Dari sejumlah saksi mata, dapat diketahui aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan senjata mereka ke dalam kampus.

Rombongan pasukan bermotor yang kemudian datang juga mengambil posisi di atas jembatan layang yang dan mengarahkan tembakan ke dalam kampus. Sementara, sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang kampus serta mengambil posisi siap menembak. 

Tembakan dan lemparan gas air mata yang mengarah ke dalam kampus Trisakti itu baru mereda pada pukul 19;00 WIB. Sejumlah mahasiswa tergeletak bersimbah darah. Ceceran darah serta pecahan kaca terlihat jelas. Tangisan ketakutan juga masih terdengar dari sejumlah sudut kampus pada malam itu.

Dalam situasi yang masih tak menentu itu, para mahasiswa nekad membantu serta mengevakuasi rekan -rekannya yang terluka ke Rumah Sakit Sumber Waras yang tak begitu jauh dari lokasi kampus.

Ketika itulah diketahui, tiga orang mahasiswa yang tewas di tempat (satu orang lagi dinyatakan tewas di rumah sakit) dan 15 orang terluka serta cedera.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulya Lesmana, mahasiswa jurusan arsitektur kelahiran 5 Juli 1978. Hafidin Royan atau Idhin, mahasiswa jurusan teknik sipil kelahiran Bandung, 28 September 1976. Hendriawan Sie, mahasiswa jurusan manajemen asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Kemudian Hery Hartanto, mahasiswa jurusan teknik mesin angkatan 1995.

Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo Soetjipto dalam jumpa pers pada Selasa malam itu menegaskan Universitas Trisakti mengajukan protes keras kepada Kapolri dan Menhamkam/Pangab atas insiden tersebut.

Sedangkan Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman dan anggota komnas HAM Albert Hasibuan yang mendatangi kampus Trisakti tak lama usai kejadian menegaskan, bukti yang terlihat di dalam insiden itu terjadi serangan terhadap kemanusiaan.

Sementara, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Hamami Nata dalam jumpa pers pada Rabu dini hari mengatakan, kematian empat mahasiswa tengah diteliti dan membantah sangkaan kalau aparatnya melakukan penembakan. "Polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, pluru karet, dan gas air mata," jelas dia.

Meskipun aparat keamanan membantah, hasil aotopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.

Kabar ini langsung menyebar dan insiden di Kampu Trisakti seolah menjadi pemicu kerusuhan massa dalam skala luas yang terjadi keesokan harinya hingga beberapa hari kemudian. Kejatuhan rezim Soeharto tinggal menunggu waktu. 

Part II saya akan membahas tentang Kerusuhan Mei 1998, yang mengakibatkan sekitar 1000 an orang tewas terbakar.

***

Sumber: liputan6.com/print.kompas.com/dw.com/rappler/wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun