Hal lain yang lebih membuat kesal adalah kedudukan remot ketika menonton TV bersama keluarga. Benda ini terasa begitu sakral. Orang yang memegangnya adalah penguasa TV tersebut.
Berulangkali saya dan Kakak saya berebut remot. Saya yang seringkali kalah, tetapi tetap berserikeras maka akan mengganti saluran melalui tombol di TV.
Namun, Kakak saya dengan mudahnya bisa kembali mengubah saluran dengan remot yang di pegangnya. Perkara remot ini menjadi satu hal yang benar-benar bisa memicu pertikaian.
Tanpa remot, HP dan laptop jadi terkesan personal. Berbagai persoalan remot di atas hilang seketika. Dengan begitu, konten di dalamnya bisa dinikmati dengan nyaman dan menghibur saya sepenuhnya. Selamat tinggal remot!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H