Mohon tunggu...
Delima Purnamasari
Delima Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa.

Kadang suka jadi akun curhat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Remot dan Alasan Saya Tidak Menonton TV

17 Oktober 2022   15:17 Diperbarui: 17 Oktober 2022   15:25 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rekomendasi video Shorts di YouTube. (Sumber: Delima Purnamasari)

Televisi sebenarnya masih jadi tontonan yang menyenangkan. Namun, ada satu perbedaan mencolok yang membuat saya lebih memilih laptop atau HP. Dua alat ini tidak menggunakan remot.

Program misteri tak masuk akal, sinetron ribuan episode, hingga konflik percintaan yang diatur sedemikian rupa dalam reality show seringkali berhasil membuat saya tertawa. Konten televisi yang demikian juga jadi bahan julid menarik kala bertemu teman.

Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan media sosial dan layanan siaran video lain akan lebih banyak dipilih apabila disandingkan dengan televisi. Utamanya karena dianggap memiliki pilihan konten yang beragam dan menyediakan berbagai tayangan lebih berbobot.

Meski begitu, sebenarnya video remeh-temeh berdurasi kurang dari 10 detik justru lebih berhasil menyedot perhatian saya. Konten bernuansa edukasi tidak serta-merta menjadi sebuah pilihan. Dengan kata lain, mendapatkan konten yang berkualitas tidak melulu menjadi faktor utama saya tidak menonton televisi.

Remot pada televisi sejatinya adalah alat yang super keren. Sebagai pengendali jarak jauh, ia memungkinkan televisi menayangkan saluran yang kita inginkan. Namun, perkara remot ini sungguh bisa sangat merepotkan.

Meski sepasang, remot dan TV tidak terhubung. Ukurannya yang kecil seringkali membuat saya kehilangan benda ini. Walaupun terkadang hanya terselip di bawah bantal, kejadian berulang ini cukup menyusahakan saya dan Ibu saya.

Remot TV juga menjadi benda yang tepat untuk melampiaskan emosi. Bukan hal baru bagi saya untuk membanting dan melemparkannya. Hingga akhirnya saya harus membebatnya dengan selotip atau lakban sehingga baterai bisa tetap pada posisi yang tepat dan remot bisa berfungsi kembali.

Ketika benda ini berakhir rusak maka persoalan akan semakin pelik. Saya harus menggunakan tombol yang melekat langsung di televisi dan mesti bolak-balik berdiri untuk mengganti saluran.

Jika malas melanda maka terpaksa saya akan memakai jempol kaki agar badan bisa tetap rebahan. Siapa memang yang mau bersabar menonton iklan TV yang bukan main durasinya itu?

Membeli remot TV juga bukan perkara mudah. Terlebih, bagi merek murahan dan tidak umum seperti TV di rumah saya. Agar bisa berfungsi pada televisi, saya harus memasukan kode remot yang tepat sesuai dengan kertas panduan.

Saya lebih sering gagal dan menyerah untuk telaten mencobanya satu-persatu. Jumlahnya ratusan! Pada akhirnya saya harus berlapang dada dan membiarkan pedagang remot dengan tas jinjing bahunya yang khas menyelesaikan persoalan ini.

Hal lain yang lebih membuat kesal adalah kedudukan remot ketika menonton TV bersama keluarga. Benda ini terasa begitu sakral. Orang yang memegangnya adalah penguasa TV tersebut.

Berulangkali saya dan Kakak saya berebut remot. Saya yang seringkali kalah, tetapi tetap berserikeras maka akan mengganti saluran melalui tombol di TV.

Namun, Kakak saya dengan mudahnya bisa kembali mengubah saluran dengan remot yang di pegangnya. Perkara remot ini menjadi satu hal yang benar-benar bisa memicu pertikaian.

Tanpa remot, HP dan laptop jadi terkesan personal. Berbagai persoalan remot di atas hilang seketika. Dengan begitu, konten di dalamnya bisa dinikmati dengan nyaman dan menghibur saya sepenuhnya. Selamat tinggal remot!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun