Saya tidak begitu mengerti seluk beluk mengenai dunia tanam-menanam. Hanya terlihat bila budidaya strawberry beserta sayuran lainnya ini memakai teknik hidroponik. Teknik budi daya tanaman, terutama sayuran dan buah-buahan, tanpa meggunakan tanah sebagai media tanam. Kerap dilakukan di ruang kaca dengan menggunakan medium air yang berisi zat hara atau nutrisi tanaman.
Dalam ruang berpenutup khusus ini, terlihat strawberry disimpan di pipa-pipa berisi tanah. Di sekeliling ruangan tersebut ada banyak kipas besar yang ke dalam kipas tersambung selang air. Melalui kipas-kipas itulah air disemprotkan ke strawberry dan tanaman lainnya yang ditanam di pipa-pipa. Selain dari selang-selang air yang juga terlihat di pipa tempat tanaman itu.
Karena dibudidayakan di gurun yang memiliki musim dingin dan musim panas, hasil budidaya strawberry di gurun tentunya berbeda dengan budidaya strawberry di Indonesia yang biasa membudidayakan strawberry di tempat dingin.
Bila di Indonesia strawberry terasa manis dan harganya relatif sama, maka strawberry di gurun ini rasa dan harganya tergantung musim.
Pada musim dingin, strawberry akan terasa manis dan harganya lebih murah. Selain karena suhunya dingin, kebutuhan air juga tidak terlalu besar. Sehingga kipas pun jarang dioperasikan dan mengurangi biaya operasional.
Hal ini berbeda dengan strawberry di musim panas. Harganya lebih mahal karena kipas air lebih sering dinyalakan sehingga biaya operasional pun membengkak. Sementara rasanya pun lebih asam.
Mengenai asam nya ini, ada selorohan mengenai strawberry di musim panas. Bahwa bila kita membeli strawberry di musim panas, kita juga mesti menyiapkan budget untuk membeli gula supaya strawberry terasa manis.
Believe it or not, eberapa teman ternyata tidak melihat itu sebagai joke. Karena mereka betul-betul membeli gula untuk dimakan bersama strawberry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H