Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arabian Oud, Wewangian dalam Tradisi Arab

13 November 2023   16:21 Diperbarui: 22 November 2023   01:04 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memakai parfum, memakai wewangian. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Catatan sejarah lain mengenai Parfum dan Arab juga disinggung Philip K. Hitti dalam buku epic nya The History of the Arabs. Menurut Hitti, Jazirah Arab Pra-Islam, utamanya bagian Selatan, dikenal sebagai daerah penghasil Bakhoor. Semacam kayu yang mengeluarkan wangi ketika dibakar.

Ketika Mesir sedang dalam puncak kejayaan orang Arab lah yang memasok wewangian untuk kegiatan ritual orang Mesir. Diantaranya adalah ketika orang Mesir mengawetkan mayat atau mummy. 

Orang Mesir tidak hanya membutuhkan balsam untuk mengawetkan mayat, tapi juga membutuhkan olahan kayu wangi untuk membuat mayat tersebut tetap wangi.

Dalam tulisan lain disebutkan tentang mummi yang dibalsem yang puluhan tahun kemudian dibuka. Ternyata jasad mummi tersebut bukan hanya masih awet, tapi juga masih wangi.

Jadi tradisi memakai wewangian dalam masyarakat Arab, relatif sesuatu yang sudah mengakar cukup lama. Ketika Islam datang, Nabi Muhammad SAW., juga memperkuat tradisi ini. Seperti tercermin dalam anjuran Nabi ketika Shalat Jumat. Bahwa siapapun yang akan shalat Jumat hendaknya dia mandi dahulu, menggosok gigi dan memakai wewangain bila ada.

Hal menarik lain dari kebiasaan memakai wewangian masyarakat Arab adalah bila kita kembalikan kepada definisi parfum dan cikal bakal mula industralisasi Parfum.

Menurut Schwarez, kata "Parfume" berasal dari bahasa Latin. Yaitu "per" yang berarti "melalui" dan "fumus" yang berarti "asap." Orang Prancis menyebut Parfum untuk menyebut kepada wewangian yang dihasilkan dari sebuah pembakaran dupa.

Disebutkan melalui asap, karena memang begitulah cara harum kayu Bakhoor disebarkan. Praktek seperti itu juga yang masih terjadi sampai sekarang.

Kayu Bakhoor dibakar di sebuah tempat khusus bernama mabkhara. Ketika asap nya keluar, makhbara dikelilingkan pada tamu-tamu yang hadir. Supaya asapnya mengenai para tamu. Bagian dari penghormatan tuan rumah kepada para tamu.

Bila dipakai di Masjid, makhbara dikelilingkan ke setiap sudut ruangan. Supaya harum nya menyebar dan ibadah menjadi lebih khusyuk. Bersama Dillah, alat untuk membuat Teh Arab, Makhbara adalah diantara alat-alat yang dijual di banyak Toko.

Selain itu Schwarez juga menulis bahwa Parfum menjadi dikenal di Eropa untuk menutupi bau yang tidak mengenakan. Seperti Inggris ketika Henry VIII dan Ratu Elizabeth I yang tidak bisa mentolerir bau yang tidak sedap. Lalu mereka menyuruh di datangkan parfum untuk menutupi bau tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun