Arabian Oud dibuat dari bahan alami yang merupakan resin dari pohon agarwood (cendana atau gaharu). Berbeda dengan parfum Barat yang dibuat dari bahan sintetis, bunga atau bagian tubuh binatang seperti sperma ikan Paus.
Parfum Arab berbahan kayu wangi dari Cendana dan Gaharu inilah yang juga diproduksi para pembuat parfum Arab lainnya. Parfum inilah yang banyak dijual di Makkah Madinah dan menjadi buah tangan Jamaah Haji dan Umrah.Â
Termasuk Jamaah dari Indonesia. Meski sebetulnya kayu Cendana atau kayu Gaharu yang menjadi bahannya banyak yang berasal dari Indonesia. Selain Kamboja dan Thailand.
Hal yang menjadi pertanyaan, apakah memang sehebat itu orang Arab dalam membuat parfum? Kenapa mereka tidak hanya bisa menjadikan parfum sebagai oleh-oleh Haji dan Umrah, tapi juga menembus pasaran dunia. Berjajar bersama parfum Eropa seperti Prancis, yang dikenal ekslusif dan prestisius.
Bila kita membaca sejarah Parfum dan sejarah Arab, setidaknya ada dua penulis yang sempat menyinggung keterkaitan antara Arab dan Parfum.
Joe Schrwarez PhD dari McGill University dalam tulisannya berjudul "The Story of Parfume" mengatakan bahwa Parfum pertama kali muncul dalam bentuk dupa pada zaman Mesopotamia sekitar 4.000 tahun lalu.
Berlanjut sekitar 3.000 sebelum masehi di Mesir. Selain masih dalam bentuk dupa yang dibuat dari getah pohon yang mengeluarkan wangi, parfum ketika itu hanya dipakai untuk acara ritual keagamaan saja.
Namun orang Mesir mengeloborasi lebih dalam supaya wewangian ini juga bisa dipakai untuk sehari-hari. Diantaranya dengan cara menjadikan parfum sebagai bahan mandi dan berendam. Supaya tubuh menjadi wangi.
Adalah orang Yunani yang dianggap berkontribusi besar menjadikan parfum yang asalnya berbentuk dupa menjadi cairan. Sehingga bisa dipakai sehari-hari dan lebih fleksibel. Namun menurut Schwarez, orang Arab lah yang mengembangkan proses penyulingan sehingga parfum cair bisa dinikmati.
Schwarez tidak menyebutkan kapan orang Yunani dan Arab melakukan proses penyulingan untuk merubah parfum menjadi cairan. Namun pada abad 9 seorang Arab bernama Al-Kindi menulis buku mengenai parfum dan penyulingan berjudul "Book of the Chemistry of Perfume and Distillation."